Jumat 13 Aug 2021 09:38 WIB

Memahami Makna Hijrah

Makna Hijrah yang sejati

Relawan dari alumni santri Al-Islam Solo menghapus tato peserta saat program Hijrah Hapus Tato di SMP 1 Al-Islam Solo, Jawa Tengah, Ahad (30/5/2021). Layanan tersebut untuk membantu warga yang ingin menghapus tato di tubuhnya.
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Relawan dari alumni santri Al-Islam Solo menghapus tato peserta saat program Hijrah Hapus Tato di SMP 1 Al-Islam Solo, Jawa Tengah, Ahad (30/5/2021). Layanan tersebut untuk membantu warga yang ingin menghapus tato di tubuhnya.

IHRAM.CO.ID, Oleh Idham CholidMemahami Makna Hijrah, Aktivis NU, Ketua Umum Jayanusa, dan Pembina Komunitas Pedagang Kecil (Kompak) Wonosobo.

11 Agustus 2021 ini bertepatan dengan 1 Muharram, tahun baru 1443 Hijriyah. Setiap pergantian tahun tentu bukan tanpa makna. Jangankan pergantian tahun, ketika seorang sahabat bertanya tentang pergantian malam dan siang saja, Nabi Saw bahkan balik bertanya: Madza 'adadta laha (bekal apa yang engkau persiapkan)?

Maka bagi kita, pergantian tahun baru Islam khususnya, apalagi terkait langsung dengan sejarah perjalanan Nabi Muhammad Saw, haruslah menjadi sumber inspirasi. Tak lain, sebagai bekal menapaki kehidupan selanjutnya lebih baik lagi.

Namun yang penting untuk diketahui sebenarnya, kenapa tahun Islam disebut Hijriyah, yang mendasarkan pada Hijrah Nabi? Kenapa tidak didasarkan pada kelahirannya sehingga pasti akan sangat meriah karena selama ini sudah ditradisikan merayakannya dengan peringatan Mawlid Nabi?

Alasan ini yang mesti diketahui. Bahwa kelahiran Nabi Saw, sebagaimana umumnya kita, masih "normal" dalam konteks kemanusiaan. Meskipun sangat istimewa, Nabi Saw tetap mempunyai ayah, yaitu Sayyid Abdullah. Inilah yang membedakannya dengan Isa al-Masih, kelahirannya tanpa seorang ayah. Al-Quran menyebutnya Isa ibn Maryam.

Memang tak sedikit bayi yang lahir tanpa seorang ayah. Apalagi saat ini, di mana pergaulan bebas memang sudah menjadi jadi. Namun sejarah mencatat, Sayyidah Maryam selama hidupnya selalu "menyendiri" di tengah keramaian Jemaat Kebaktian. Dia senantiasa khusyu' menghadapkan hati kepada Yang Maha Suci.

Baca juga : Hijrah Dengan Kesungguhan Mulia

Perempuan suci itu hamil tanpa "pergaulan" dengan lelaki manapun. Dia melahirkan Isa al-Masih tanpa melalui proses "persetubuhan" sebelumnya. Maka tahun Masehi kita menyebutnya dengan Miladiyah, karena mendasarkan pada keistimewaan (lahirnya) orang suci, dari perempuan suci, yang selalu dijaga dan dijamin kesuciannya oleh Yang Maha Suci tersebut.

ang Kecil (Kompak) Wonosobo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement