Jumat 13 Aug 2021 00:23 WIB

Alat Pacu Jantung Mampu Bertahan 15 Tahun di Dalam Tubuh

Alat pacu jantung berfungsi sebagai cadangan apabila denyut jantung terlalu pelan.

Alat pacu jantung dari era 1970an (kiri), tipe konvensional yang digunakan saat ini, dan alat baru tanpa kabel yang tengah diujicobakan di Brisbane.
Foto: abc
Alat pacu jantung dari era 1970an (kiri), tipe konvensional yang digunakan saat ini, dan alat baru tanpa kabel yang tengah diujicobakan di Brisbane.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Dr Ignatius Yansen SpJP menyatakan, alat pacu jantung berfungsi sebagai cadangan bila denyut jantung seseorang terlalu pelan. Alat ini dapat bertahan 8-15 tahun, tergantung dari pemakaian.

"Bila denyut jantung dalam keadaan normal alat ini tidak akan bekerja. Maka dari itu, baterai generator akan lebih cepat habis pada pasien yang bergantung sepenuhnya pada alat ini dan baterai harus diganti," kata dr. Ignatius yang aktif sebagai electrophysiologist, dalam keterangan resminya di Tangerang, Kamis.

Baca Juga

Dr. Ignatius memaparkan, dengan bertambahnya usia, akan terjadi penurunan kualitas dari generator dan saluran listrik yang bertugas menghantarkan impuls listrik. Hal ini menyebabkan denyut jantung akan semakin pelan, di bawah 60 kali per menit.

Apabila gangguan ini cukup berat, denyut nadi akan sangat pelan dan jantung tidak mampu memompa darah ke organ-organ vital di tubuh. Orang yang mengalaminya pun akan merasa cepat lelah, pusing, dan jatuh pingsan.

Pada kasus yang lebih berat, keluhan dapat berupa nyeri dada, sesak napas, hingga strok. Apabila hal tersebut terjadi, diperlukan alat bantu yang disebut alat pacu jantung.

Alat pacu jantung terdiri dari generator yang ditanam di bawah kulit dinding dada dan kabel sebagai pengantar listrik dari generator ke jantung. Alat itu membantu jantung pasien kembali berdenyut dengan normal.

Proses pemasangan alat pacu jantung ini dikerjakan di ruangan khusus. Pasien akan ditempatkan ruangan kateterisasi jantung dengan bantuan alat fluoroskopi untuk memastikan lokasi dan penempatan dari generator dan lead (kabel).

"Tindakan ini merupakan tindakan minimal invasif dan sebagian besar dikerjakan dengan bius lokal di daerah dinding dada sebelah kanan atau kiri," kata dr. Ignatius yang menjadi proctor untuk pemasangan pacu jantung permanen di Indonesia.

Menurut dr. Ignatius, umumnya kelainan penyakit terjadi pada orang tua, namun ada juga kelainan bawaan yang diderita oleh pasien yang lebih muda, sehingga membutuhkan pemasangan alat pacu jantung ini. Dengan demikian, bila ada orang tua yang mengalami keluhan-keluhan serupa mungkin bisa diperiksakan denyut jantung yang pelan dengan meraba nadinya.

"Bila nadinya di bawah 60 atau bahkan lebih rendah mungkin membutuhkan pemasangan alat pacu jantung," kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan aritmia dan konsultan kardiologi intervensi Eka Hospital BSD, Tangerang.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement