Rabu 11 Aug 2021 17:15 WIB

Bisakah Diet Rendah Indeks Glikemik Bantu Pasien Diabetes?

Pasien diabetes diharapkan dapat mengetahui efek dari makanan yang mereka konsumsi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Diabetes (Ilustrasi)
Foto: Huffingtonpost
Diabetes (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasien diabetes tipe 1 dan 2 perlu melakukan beberapa upaya untuk menjaga kadar gula darah mereka agar terhindar dari risiko komplikasi. Konsumsi makanan dengan indeks glikemik (IG) rendah dapat membantu pasien diabetes, khususnya diabetes tipe 2, dalam mengendalikan kadar gula darah mereka.

Asupan makanan merupakan salah satu kunci penting dalam pengelolaan diabetes. Oleh karena itu, pasien diabetes diharapkan dapat mengetahui efek dari makanan yang mereka konsumsi terhadap kadar gula darah mereka.

Sebagian makanan diektahui dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah yang lebih tinggi dibandingkan makanan lain. Sebaliknya, ada pula beberapa makanan yang tidak menyebabkan peningkatan kadar gula darah terlalu tinggi.

Dampak suatu makanan terhadap peningkatan kadar gula darah dapat dilihat melalui nilai GI-nya. GI menunjukkan potensi dari karbohidrat pada makanan dalam meningkatakan kadar gula darah. Secara umum, makanan dengan IG yang tinggi akan menyebabkan kenaikan kadar gula darah yang lebih besar dibandingkan makanan dengan IG rendah.

Berdasarkan analisis terbaru dalam BMJ menerapkan diet rendah IG dapat membantu penyandang diabetes, khususnya diabetes tipe 2, dalam menjaga rerata kadar gula darah dengan lebih baik. Diet rendah IG juga tampak meningkatkan parameter kesehatan lainnya pada pasien diabetes.

Analisis ini didasarkan pada investigasi terhadap ulasan dan analisis meta yang sistemik dari 29 uji coba acak. Analisis ini melibatkan 1.617 partisipan yang merupakan penyandang diabetes tipe 1 dan tipe 2 di beberapa negara seperti Kanada, Australia, Prancis, Amerika Serikat, Meksiko, hingga beberapa negara lain di Eropa dan Asia.

Dari analisis ini ditemukan bahwa diet rendah GI dapat menyebabkan penurunan kadar HbA1c yang kecil namun berarti secara klinis bila dibandingkan dengan diet IG yang lebih tinggi. Selain itu, partisipan yang menjalani diet rendah IG juga tampak memiliki kadar lemak tubuh, lemak darah, dan inflamasi yang lebih baik.

"(Ada juga perbaikan) kecil namun berarti secara klinis dalam faktor risiko kardiometabolik lain seperti lemak darah, berat badna, dan kadar inflamasi," jelas peneliti Laura Chiavaroli dari University of Toronto, seperti dilansir Medical News Today.

Nilai HbA1c pada pasien diabetes memberikan gambaran mengenai kadar gula darah pasien diabetes selama 2-3 bulan ke belakang. Tes HbA1c kerap dimanfaatkan untuk memantau kadar gula darah pasien diabetes. Seperti diketahui, pemantauan kadar gula darah merupakan salah satu hal penting dalam pengelolaan diabetes.

Berdasarkan temuan ini, dr Chiavaroli menilai diet rendah IG dapat menjadi salah satu opsi yang sudah memiliki bukti ilmiah untuk membantu pasien diabetes mencapai target pengelolaan kadar gula darah mereka. Penerapan diet rendah IG tentu tetap perlu diikuti oleh terapi obat atau insulin yang dianjurkan oleh dokter kepada pasien diabetes. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement