Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. Abu Fayadh Muhammad Faisal, M.Pd

Tidak memperhatikan Istri

Eduaksi | Monday, 09 Aug 2021, 17:45 WIB
Jadilah Muslimah Pendamba Syurga..

*" Tidak memperhatikan Istri "*

*Pendapat Syeikh Utsaimin (Al Allamah Syaikhuna Muhammad bin Shalih Al Utsaimin -Rahimahulloh Ta'ala-) :*

*Pertanyaan:*

Suami saya -semoga Allah memaafkannya- walaupun berakhlak baik dan takut terhadap Allah, ia sama sekali tidak punya perhatian terhadap saya di rumah. Ia selalu bermuka masam dan mudah sekali tersinggung, bahkan saya sering dituduh sebagai penyebabnya. Tapi Allah Mahatahu bahwa saya, alhamdulillah, senantiasa memenuhi haknya dan selalu berusaha membuatnya tenang dan tenteram serta menjauhkan darinya segala sesuatu yang dapat menyakitinya, serta saya tetap bersabar menghadapi semua sikapnya terhadap saya.

Setiap kali saya bertanya tentang sesuatu atau mengajaknya berbicara tentang sesuatu, ia langsung marah dan menghardik, ia bilang bahwa itu perkataan bodoh dan tidak berguna, padahal ia selalu bersikap ceria terhadap teman-temannya. Sementara dalam pandangan saya sendiri, tidak ada yang saya lihat pada dirinya selain mencela dan memperlakukan saya dengan buruk. Sungguh hal ini sangat menyakiti dan menyiksa saya, sampai-sampai saya pergi meningalkan rumah beberapa kali.

Saya sendiri, alhamdulillah, seorang wanita yang berpendidikan menengah (SLA), dan saya bisa melaksanakan apa yang diwajibkan Allah atas saya. Syaikh yang terhormat, jika saya meninggalkan rumah dan mendidik anak-anak sendirian serta bersabar menghadapi kesulitan hidup, apakah saya berdosa? Atau haruskah saya tetap bersamanya dalam kondisi seperti itu sambil puasa bicara dan bersikap masa bodoh terhadap urusan dan problematikanya?

Tolong beritahu saya tentang apa yang harus saya lakukan. Semoga Allah memberikan kebaikan pada anda.

*Jawaban:*

Tidak diragukan lagi, bahwa yang diwajibkan atas suami isteri adalah saling bergaul dengan cara yang patut, saling bertukar kasih sayang dan akhlak yang luhur disertai dengan sikap baik dan lapang dada. Hal ini berdasarkan firman Allah سبحانه و تعالى,

"Dan bergaullah dengan mereka secara patut." (An-Nisa': 19).

Dan firmanNya,

"Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban-nya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya." (Al-Baqarah: 228).

Juga berdasarkan sabda Nabi صلی الله عليه وسلم,

اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ

"Kebaikan adalah berakhlak baik." (HR. Muslim, kitab al-Birr wash Shilah (2553)) dan sabdanya,

لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

"Janganlah engkau meremehkan perbuatan baik sedikit pun. (Laku-kanlah) walaupun (hanya) berjumpa saudaramu dengan (menunjukkan) wajah berseri-seri." (HR. Muslim, kitab al-Birr Wash Shilah (2626)) serta sabdanya,

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِكُمْ خُلُقًا

"Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang perilakunya paling baik terhadap isterinya." (HR. Abu Dawud dalam as-Sunnah (4682). at-Tirmidzi, kitab ar-Radha' (1162) yang serupa itu dari hadits Abu Hurairah)

Dan berdasarkan hadits-hadits lainnya yang menunjukkan an-juran berakhlak baik, wajah berseri saat berjumpa dan perlakuan yang baik antar sesama Muslim secara umum, lebih-lebih antar suami isteri dan kerabat.

Anda telah melakukan hal yang baik, yaitu bersabar dan tabah terhadap sikap keras dan perilaku buruk suami anda. Saya sarankan agar anda meningkatkan kesabaran dan tidak meninggalkan rumah, karena dengan begitu insya Allah akan banyak kebaikan dan akibat yang terpuji, berdasarkan firman Allah,

"Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Anfal: 46).

Dan firmanNya,

"Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik." (Yusuf: 90).

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas." (Az-Zumar: 10).

Juga firmanNya,

"Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (Hud: 49).

Tidak ada salahnya anda mencoba mencandainya, mengajaknya berbicara dengan kata-kata yang bisa melunakkan hatinya serta mem-bangkitkan kepedulian dan perasaannya terhadap hak-hak anda. Hindari permintaan-permintaan materi duniawi selama ia melaksanakan urusan-urusan penting yang wajib, sehingga dengan begitu hatinya akan tenang dan dadanya menjadi terbuka untuk menerima saran-saran anda.

Dengan demikian anda akan mensyukuri akibat-nya -insya Allah-. Semoga Allah menambahkan kebaikan pada anda dan memperbaiki kondisi suami anda, mengilhami dan menunjukinya serta menganugerahinya akhlak yang baik, lapang dada dan memeliha-ra hak-hak. Sesunggunya Dialah sebaik-baik tempat meminta dan Dialah yang menunjukkan ke jalan yang lurus.

*Rujukan:*

Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin, juz 2, hal. 830-831.

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ Aamiin.

___????????????___

.

Salam ukhuwah fillah,

*Ustadzah Ummu Ali Yusron*

(Aktivis muslimah, domisili Sukoharjo, Jawa Tengah)

*Ustadzah Ummu Fayadh Indah Sari, S.Pd*

(Pengamat anak dan pengajar Matematika di SMA Negeri Kabupaten Bekasi serta domisili di Bekasi Kota, Jawa Barat, Istri dari Al Ustadz Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani)

Muroja’ah dan diedit oleh:

*Al Ustadz Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani, S.Pd, M.Pd.I, M.MPd* -Hafidzhahulloh Ta’ala-

(Aktivis Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat, Praktisi dan Pengamat PAUDNI/Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal, Aktivis Pendidikan dan Kemanusiaan).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image