Selasa 10 Aug 2021 05:00 WIB

PM Inggris Singgung Laporan Iklim PBB Peringatan Bagi Dunia

Inggris menyerukan tindakan global yang mendesak dalam perubahan iklim

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Foto: AP/Daniel Leal-Olivas/POOL AFP
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris menyerukan tindakan global yang mendesak dalam perubahan iklim. Terlebih lagi laporan terbaru yang diterbitkan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) pada Senin (9/8) menegaskan krisis yang membuat pemanasan bumi semakin cepat.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan laporan tersebut menjadi topik yang serius dan dekade berikutnya akan menjadi sangat penting untuk mengamankan masa depan Bumi. "Kami tahu apa yang harus dilakukan untuk membatasi pemanasan global, menghentikan penggunaan batu bara dan beralih ke sumber energi bersih, melindungi alam, dan menyediakan pendanaan iklim untuk negara-negara di garis depan," ujarnya melalui keterangan resmi yang diterima Republika.

Baca Juga

Laporan tersebut memperingatkan bahwa perubahan iklim telah berdampak di setiap wilayah di seluruh dunia. Tanpa tindakan segera untuk membatasi pemanasan, gelombang panas, curah hujan yang tinggi, kekeringan, dan hilangnya es Laut Arktik, lapisan salju dan lapisan es, semuanya akan meningkat. Penyerap karbon akan menjadi kurang efektif dalam memperlambat pertumbuhan karbondioksida di atmosfer.

Johnson mengklaim Inggris memimpin dan mendekarbonisasi ekonominya lebih cepat daripada negara mana pun di G20 selama dua dekade terakhir. "Saya berharap laporan IPCC hari ini akan menjadi peringatan bagi dunia untuk mengambil tindakan sekarang, sebelum kita bertemu di Glasgow pada November untuk KTT COP26 yang penting," katanya merujuk pada Conference of Parties 26.

Menanggapi laporan tersebut, Presiden COP26 Alok Sharma mengatakan, sains sudah jelas, dampak krisis iklim dapat terlihat di seluruh dunia. Jika global tidak bertindak sekarang, maka akan terus melihat dampak terburuk pada kehidupan, mata pencaharian, dan habitat alam.

"Pesan kami kepada setiap negara, pemerintah, bisnis, dan sebagian masyarakat sangat sederhana. Dekade berikutnya sangat menentukan, ikuti sains dan rangkul tanggung jawab Anda untuk menjaga tujuan 1,5 Celcius tetap berjalan," ujar Sharma.

Saat ini peristiwa ekstrem dirasakan di seluruh dunia, mulai dari kebakaran hutan di Amerika Utara hingga banjir di China, di seluruh Eropa, India, dan sebagian Afrika, serta gelombang panas di Siberia. Sharma telah bernegosiasi dengan pemerintah dan bisnis untuk meningkatkan ambisi iklim global dan mengambil tindakan sesegera.

Upaya itu diharapkan membantu mengurangi separuh emisi global dalam dekade berikutnya dan mencapai emisi nol bersih pada pertengahan abad. Langkah ini untuk menjaga agar target 1,5 Celcius yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris tetap terjangkau.

 

Inggris telah menyusun rencana untuk mengurangi emisinya sebesar 68 persen pada 2030 dan 78 persen pada 2035, yang mengarah ke nol bersih pada 2050. Saat ini, lebih dari 70 persen ekonomi dunia tercakup dalam target nol bersih, naik 30 persen sejak Inggris mengambil alih sebagai Presiden COP26.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement