Selasa 10 Aug 2021 01:05 WIB

Seekor Anak Banteng Jawa Lahir di Taman Nasional Baluran

Harapannya agar Banteng kecil itu bisa tumbuh sehat dan normal

Rep: Amri Amrullah/ Red: Gita Amanda
 Seekor anak Banteng Jawa (Bos javanicus) lahir dari pasangan Tina dan Telepak di Suaka Satwa Banteng (SSB) Taman Nasional Baluran pada hari Sabtu (7/8).
Foto: Dok. KLHK
Seekor anak Banteng Jawa (Bos javanicus) lahir dari pasangan Tina dan Telepak di Suaka Satwa Banteng (SSB) Taman Nasional Baluran pada hari Sabtu (7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seekor anak Banteng Jawa (Bos javanicus) lahir dari pasangan Tina dan Telepak di Suaka Satwa Banteng (SSB) Taman Nasional Baluran pada hari Sabtu (7/8). Kelahiran ini menjadi kabar gembira bagi Balai Taman Nasional Baluran menjelang Perayaan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) pada Selasa, 10 Agustus.

Anak Banteng dengan jenis kelamin betina tersebut lahir dalam keadaan sehat dan lengkap dengan berat badan (BB) 19,35 kg, panjang badan (PB) 60 cm, panjang total 82 cm dan tinggi badan (TB) 67 cm. Proses persalinan berjalan lancar dibantu oleh tim SSB dan dokter hewan.

Baca Juga

Setelah tim SSB mendapatkan kabar bahwa Banteng Tina sudah mendekati proses persalinan, dengan sigap tim segera menghubungi dokter hewan terdekat untuk mendapatkan bantuan medis. Setelah dokter hewan datang ke kandang SSB, segera kemudian dilakukan tindakan medis. Tepat pukul 05.44 WIB akhirnya anak Banteng tersebut lahir dengan selamat.

Kepala Balai Taman Nasional Baluran, Pudjiadi mengatakan bahwa tim SSB dan dibantu oleh dokter hewan akan terus melakukan pemantauan dan perawatan kesehatan anak Banteng tersebut secara intensif pada beberapa hari kedepan.

“Harapannya agar Banteng kecil itu bisa tumbuh sehat dan normal serta terhindar dari berbagai ancaman gangguan penyakit yang membahayakan,” Ujar Pudjiadi, dalam keterangan pers Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Senin (9/8).

Status konservasi Banteng Jawa (Bos javanicus) merupakan satu dari 5 (lima) spesies Banteng yang ada di dunia (satu spesies telah punah). Berdasarkan IUCN Redlist, Banteng Jawa dikategorikan dalam status konservasi “Endangered” atau “Terancam Kepunahan”. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal KSDAE No. 180/IV-KKH/2015, Banteng Jawa termasuk dalam 25 jenis satwa prioritas terancam punah yang dilindungi.

Sejak Tahun 2012 TN Baluran telah melakukan konservasi semi alami Banteng melalui Program Konservasi Banteng Semi Alami (PKBSA) bekerjasama dengan Taman Safari Indonesia (TSI) sesuai dengan SK Kepala Balai TN Baluran Nomor : Sk. 15/Btn.Blr-1/2013 Tentang Pembentukan Unit Pengelola Program Konservasi dan Breeding Semi Alami Banteng (Bos Javanicus) di TN Baluran. Adapun Jumlah Banteng pada awal program yaitu sebanyak 3 (tiga) ekor dengan komposisi 2 betina dan 1 jantan.

SSB merupakan program konservasi semi alami Banteng Jawa yang telah dilaksanakan oleh Balai TN Baluran sejak tahun 2016 melalui SK Direktur Jenderal KSDAE Nomor : SK.374/KSDAE/SET/KSA.2/9/2016 tentang Penetapan Pusat Konservasi dan Breeding Semi Alami sebagai Suaka Satwa Banteng (Bos javanicus) Pad TN Baluran. SSB sebagai keberlanjutan dari program konservasi Banteng semi alami yang sudah dilakukan oleh Balai TN Baluran. Pada Tahun 2016 jumlah populasi Banteng di kandang sebanyak enam ekor dan terus berhasil berkembang biak hampir setiap tahunnya hingga tahun 2021 ini.

Pada kesempatan tersebut Pudjiadi menjelaskan bahwa Kelahiran anak Banteng pada 7 Agustus 2021 ini telah menambah jumlah populasi di kandang. Saat ini jumlah Banteng yang ada di SSB Baluran terus bertambah, dan telah menjadi 10 ekor, diantaranya dua jantan dan delapan betina.

"Harapan kami kedepannya sebagai pengelola yaitu agar populasi Banteng Jawa di SSB Taman Nasional Baluran bisa tumbuh berkembang dengan baik,” pungkas Pudjiadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement