Senin 09 Aug 2021 14:34 WIB

Petinggi Yaman: Arab Saudi-Uni Emirat Arab Boneka Amerika

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab ikut campur dalam konflik Yaman

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab ikut campur dalam konflik Yaman. Ilustrasi suasana Sanaa
Foto: EPA-EFE/Yahya Arhab
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab ikut campur dalam konflik Yaman. Ilustrasi suasana Sanaa

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA – Anggota senior gerakan perlawanan Ansarullah Yaman, Mohammad Ali Al Houthi, menyatakan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab adalah boneka Amerika Serikat (AS) di Yaman.

Hal ini dia sampaikan di sela-sela demonstrasi anti-Amerika di ibu kota Sanaa, Ahad (9/8) waktu setempat.

Baca Juga

"Ketika Amerika Serikat pergi ke Suriah, Lebanon, dan Palestina, orang-orang di sana terluka, dan hari ini rakyat kami menderita karena mereka. Kami berada di bawah blokade," kata dia sebagaimana dilansir dari laman ABNA, Senin (9/8).

Anggota Dewan Politik Tertinggi Yaman itu menambahkan, Amerika Serikat terus-menerus berusaha mendevaluasi riyal Yaman terhadap dolar. Dia menekankan, Yaman tidak membutuhkan bantuan para agresor.

"Dan jika mereka mengembalikan pendapatan pelabuhan, minyak dan gas, kami akan berkomitmen untuk membayar semua gaji karyawan kami," ucap dia.

Di akhir demonstrasi, sebuah resolusi akhir dikeluarkan, yang bunyinya "Amerika Serikat berada di balik blokade dan kejahatan terhadap rakyat Yaman dan kenaikan bea cukai dilakukan boneka Amerika Serikat -Arab Saudi dan Uni Emirat Arab," ujarnya.

Resolusi tersebut lebih lanjut menggambarkan kelaparan, blokade dan sanksi terhadap Yaman sebagai perang ekonomi melawan warga sipil Yaman. Para peserta juga meminta pasukan perlawanan untuk melancarkan serangan sengit terhadap pasukan penyerang. 

Penyelesaian konflik Yaman merupakan salah satu prioritas kebijakan luar negeri pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden. Dia telah menunjuk Tim Lenderking sebagai utusan khusus untuk Yaman. Upaya diplomatik tersebut diharapkan akan membantu mengakhiri perang Yaman.

Namun hingga kini Houthi masih terus melancarkan serangan drone dan rudal bermuatan ke sasaran sipil di Saudi. Kemudian pertahanan udara Arab Saudi mencegat empat drone dan satu rudal balistik Houthi yang menargetkan wilayah selatan negara tersebut.

Sejak Maret 2015, Arab Saudi telah melakukan intervensi militer di Yaman. Mereka berupaya menumpas Houthi dan mengembalikan pemerintahan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang diakui secara internasional ke tampuk kekuasaan. Arab Saudi memandang Houthi sebagai ancaman karena didukung Iran.

Sejak saat itu, Arab Saudi gencar melancarkan serangan udara ke Yaman. Peperangan telah menyebabkan banyak sekolah, rumah sakit, dan fasilitas publik lainnya hancur. Konflik memicu jutaan warga kelaparan. Akses ke fasilitas atau layanan kesehatan semakin sulit.

PBB telah menyatakan krisis di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Hingga kini belum ada tanda-tanda konflik Yaman bakal berakhir.

 (Umar Mukhtar)   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement