Ahad 08 Aug 2021 15:30 WIB

Kurangi Sampah ke Bantargebang, DKI Bakal Bangun Empat ITF

Setiap harinya, Jakarta menghasilkan 7.800 ton sampah.

Rep: Febryan. A/ Red: Andri Saubani
Petugas dengan alat berat mengambil sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Fakhri Hermansyah
Petugas dengan alat berat mengambil sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bakal membangun empat fasilitas pengelolaan sampah dalam kota atau Intermediate Treatment Facility (ITF). Langkah ini akan mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang di Kota Bekasi.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria mengatakan, setiap harinya, Jakarta menghasilkan 7.800 ton sampah. Sebagaimana diketahui, TPST Bantangebang diprediksi bakal penuh tahun ini.

Baca Juga

"Sekarang disiapkan proses lelang untuk ITF di empat titik. Yakni, di Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara," kata Ariza di Jakarta, Ahad (8/8).

Keempat ITF itu, kata Ariza, masuk kategori besar. Sebab, mampu mengolah sampah 1.500 - 2.000 ton per hari. Adapun tempat pengolahan sampah kategori kecil juga sedang dibangun di tingkat kecamatan.

Baik tempat ITF besar maupun kecil, kata dia, proses pengolahan sampahnya dilakukan dengan cara dibakar. Dia memastikan, aktivitas ITF itu tak akan menimbulkan polusi karena menggunakan teknologi "yang baik".

"Jadi kita doakan mudah-mudahan tahun ini dan seterusnya kita memiliki tempat pengolahan sampah modern yang canggih seperti di negara maju lainnya," kata politikus Gerindra itu.

Untuk diketahui, pembangunan ITF yang telah dimulai adalah di wilayah Jakarta Utara, yakni ITF Sunter. Berdasarkan studi kelayakannya, ITF Sunter bisa mengolah 720 ribu ton sampah per tahun dan mampu menghasilkan listrik setara 280.000 MW per tahun.

Pembangunannya ditandai dengan pelatakan batu pertama (groundbreaking) pada 20 Desember 2018. Namun, proyek itu kini terkendala persoalan dana. Awal bulan Juni 2021, mitra asing batal meminjamkan dana sebesar 240 juta dolar AS atau Rp 3,42 triliun untuk proyek tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement