Sabtu 07 Aug 2021 20:57 WIB

Pembasahan Lahan Gambut di Sumatra Cegah Kebakaran

Dampak kebakaran gambut di Indonesia bisa menjadi perhatian internasional.

Anggota kelompok masyarakat (Pokmas) membersihakan sekat kanal untuk mencegah kebakaran di lahan gambut di hutan produksi terbatas (HPT), Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan, Rabu (9/9/2020).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Anggota kelompok masyarakat (Pokmas) membersihakan sekat kanal untuk mencegah kebakaran di lahan gambut di hutan produksi terbatas (HPT), Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan, Rabu (9/9/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pulau Sumatra memiliki sebaran lahan gambut yang luas sekitar 6,4 juta hektare. Dari total 14,9 juta hektare (ha) gambut di Indonesia, sekitar 43,2 persennya terdapat di Pulau Sumatra. Sehingga luas lahan gambut di Pulau Sumatra harus dicegah dari potensi kebakaran.

Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) Restorasi Gambut Wilayah Sumatra, Soesilo Indrarto mengatakan, pada kemarau ini, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) beserta tim di lapangan terus memantau fungsi dari infrastruktur pembasahan gambut (IPG) berupa sekat kanal dan sumur bor di tiga provinsi.

Lokasinya yang memiliki lahan target restorasi, yaitu di Riau, Jambi, dan Sumatra Selatan. Pemantauan juga melibatkan kelompok masyarakat (pokmas) yang didirikan BRGM.

"Kita lebih banyak menggunakan pokmas, yang nyata-nyata tinggal paling dekat dengan IPG," kata Soesilo dalam webinar bertajuk 'Dialog Bernas Pengelolaan Lahan Gambut Wilayah Sumatra' diikuti dari Jakarta, Jumat (6/8).

Menurut Soesilo, berjalannya fungsi IPG begitu penting. Pasalnya, IPG bermanfaat untuk operasi pembasahan gambut rawan kekeringan (OPGRK) dan operasi pembasahan cepat lahan gambut terbakar (OPCLGT). Dia mengatakan, operasi pembasahan sudah dilakukan sejak Maret 2021, dan Riau menjadi lokasi awalnya.

"Kita menggerakkan pokmas sebagai kekuatan dan ujung tombak ketika dalam kondisi darurat," ucap Soesilo.

Kepala Kelompok Kerja Teknik Restorasi, Agus Yasin menambahkan, pokmas juga diberikan pendampingan dan bantuan alat. "Diberikan juga alat berupa pompa untuk pembasahan gambut agar gambut tetap basah di musim kemarau," ujar Agus.

Kegiatan pembasahan gambut, kata Agus, kerap kali memanfaatkan sumber air dari sumur bor dan sekat kanal. Dia menyebut, sekat kanal, tidak hanya berfungsi sebagai sumber air untuk pembasahan gambut, tapi dapat juga meningkatkan produktivitas masyarakat. "Digunakan untuk jalur transportasi dan sarana untuk membawa hasil panen, kelapa contohnya,” ucap Agus.

Kebakaran hutan dan lahan, terutama gambut, menurut Guru Besar IPB University Bambang Hero Saharjo, sangat berbahaya. Dampak kebakaran gambut di Indonesia bisa menjadi perhatian internasional.

Hakikatnya, sambung dia, perlindungan dan pengelolaan gambut yang berkelanjutan perlu ditingkatkan. "Lebih baik menjaga gambut, mengingat pemulihannya perlu waktu lama," ucap Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement