Sabtu 07 Aug 2021 17:03 WIB

Kuasai Ibukota Zaranj, Taliban Bunuh Jubir Pemerintah

Perang telah memasuki fase yang lebih mematikan dan lebih merusak.

Rep: ferginadira/ Red: Hiru Muhammad
 Pejabat keamanan Afghanistan berjaga di luar rumah penjabat menteri Pertahanan Jenderal Bismillah Mohammadi, setelah ledakan dan serangan semalam, di Kabul, Afghanistan, 04 Agustus 2021. Sedikitnya delapan orang tewas termasuk empat penyerang - dan 11 orang terluka saat Mohammadi berada tidak di rumah pada saat itu dan tidak terluka. Serangan itu terjadi pada saat ketidakstabilan yang ditandai di Afghanistan, di mana 1 Mei dimulainya penarikan pasti pasukan asing pimpinan Amerika Serikat dari negara itu telah memicu serangan Taliban yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Foto: EPA-EFE/JAWED KARGAR
Pejabat keamanan Afghanistan berjaga di luar rumah penjabat menteri Pertahanan Jenderal Bismillah Mohammadi, setelah ledakan dan serangan semalam, di Kabul, Afghanistan, 04 Agustus 2021. Sedikitnya delapan orang tewas termasuk empat penyerang - dan 11 orang terluka saat Mohammadi berada tidak di rumah pada saat itu dan tidak terluka. Serangan itu terjadi pada saat ketidakstabilan yang ditandai di Afghanistan, di mana 1 Mei dimulainya penarikan pasti pasukan asing pimpinan Amerika Serikat dari negara itu telah memicu serangan Taliban yang belum pernah terjadi sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL--Milisi Taliban merebut ibu kota Provinsi Nimroz, kota Zaranj di Afghanistan, Jumat (7/8) waktu setempat. Sementara di Kabul, Taliban juga membunuh pejabat media senior pemerintah saat sedang salat Jumat.

Seorang juru bicara polisi di Zaranj mengatakan, ibu kota Zaranj telah jatuh ke tangan Taliban karena kurangnya bala bantuan dari pemerintah yang didukung Barat. Juru bicara Taliban mengatakan di Twitter bahwa milisinya telah membebaskan sepenuhnya provinsi Nimroz dan telah menguasai rumah gubernur, markas polisi, dan gedung-gedung resmi lainnya.

Jenderal tinggi Afghanistan yang memimpin serangan balasan di selatan negara itu mengatakan, serangan udara angkatan udara Afghanistan telah membunuh pejabat tinggi Taliban untuk Nimroz bersama dengan 14 anak buahnya. Namun Reuters tidak dapat segera memverifikasi klaim Jenderal Sami Sadat, komandan 215 Maiwand Afghan Army Corps, di Twitter.

Zaranj adalah ibu kota provinsi pertama yang jatuh ke tangan Taliban sejak Amerika Serikat mencapai kesepakatan dengannya pada Februari 2020 untuk penarikan pasukan AS. Sebuah sumber lokal mengatakan Taliban telah merebut kantor gubernur, markas polisi dan sebuah perkemahan di dekat perbatasan Iran.

Sumber-sumber Taliban mengatakan kelompok itu merayakan dan jatuhnya Zaranj akan mengangkat moral para milisi mereka. Seorang komandan Taliban, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan Zaranj memiliki kepentingan strategis karena berada di perbatasan dengan Iran.

Sementara itu, di Kabul, penyerang Taliban membunuh Kepala Pusat Media dan Informasi Pemerintah, Dawa Khan Menpal dalam serangkaian pembunuhan terbaru yang bertujuan untuk melemahkan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani yang terpilih secara demokratis. Seorang pejabat di kementerian dalam negeri federal mengatakan teroris biadab membunuh Menpal selama salat Jumat.

"Dia (Menpal) adalah seorang pemuda yang berdiri seperti gunung di hadapan propaganda musuh, dan yang selalu menjadi pendukung utama rezim (Afghanistan)," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Mirwais Stanikzai.

Berjuang untuk menerapkan kembali rezim Islam yang ketat 20 tahun setelah mereka digulingkan dari kekuasaan oleh pasukan pimpinan AS, Taliban telah mengintensifkan kampanye mereka untuk mengalahkan pemerintah. Milisi Taliban telah menguasai puluhan distrik dan penyeberangan perbatasan dalam beberapa bulan terakhir.

Taliban juga menguasai beberapa ibu kota provinsi, termasuk Herat di barat, dan Kandahar di selatan saat pasukan asing ditarik. Utusan khusus PBB untuk Afghanistan di New York, Deborah Lyons mempertanyakan komitmen Taliban untuk penyelesaian politik. 

Dia mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa perang telah memasuki fase yang lebih mematikan dan lebih merusak. Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan prospek Afghanistan tergelincir ke dalam perang saudara skala penuh dan berlarut-larut. Menurutnya ini adalah kenyataan yang nyata.

 

 

 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement