Jumat 06 Aug 2021 13:01 WIB

Sri Mulyani: Varian Delta Jadi Tantangan Pertumbuhan Ekonomi

Ekonomi Indonesia tumbuh 7,07 persen pada kuartal II 2021.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Keuangan Sri Mulyani
Foto: BNPB Indonesia
Menteri Keuangan Sri Mulyani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah menyebut pertumbuhan ekonomi pada kuartal tiga dan empat 2021 akan bergantung dari penanganan Covid-19 khususnya varian delta. Hal ini mengingat peningkatan kasus Covid-19 varian delta menyebabkan pemerintah melakukan pembatasan mobilitas.

Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan ada penurunan ekonomi beberapa sumber pertumbuhan khususnya berkaitan mobilitas masyarakat yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi. "Penerapan PPKM level 3-4 diperkirakan kurangi aktivitas perekonomian khususnya identik dengan mobilitas seperti kegiatan konsumsi dan investasi dan Covid varian delta di dunia akan pengaruhi global outlook," ujarnya saat konferensi pers KSSK secara virtual, Jumat (6/8).

Menurutnya secara sektoral sektor perdagangan, transportasi, hotel dan restoran serta akomodasi makanan dan minuman juga akan tertekan akibat pengetatan mobilitas. Oleh karena itu Sri Mulyani menyebut semua yang memiliki kepentingan bersama dapat benar-benar mengendalikan varian virus Covid-19 ini.

”Pemerintah dalam hal ini melalui instrumen APBN akan terus kerja keras untuk melindungi masyarakat dan keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional," ucapnya.

Sri Mulyani menjelaskan ada faktor selain ekonomi minus terdalam tahun lalu yang membuat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) cukup tinggi pada kuartal dua 2021. “Momentum Ramadan dan hari raya lebaran serta berbagai kebijakan pemerintah untuk mendukung daya beli masyarakat,” katanya.

Sri juga menjelaskan stimulus pada kuartal dua 2021 seperti program bantuan sosial, diskon listrik, gratis ongkos kirim belanja online jelang lebaran, dan terkendalinya inflasi yang mendorong konsumsi. Tercatat ekonomi pada kuartal dua 2021 sebesar 7,07 persen merupakan perbaikan yang sudah terjadi pada kuartal sebelumnya.

Berdasarkan catatannya, PDB ditopang realisasi belanja negara yang tumbuh tinggi  9,38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Maka itu pada periode saat ini, belanja negara bukan jadi satu-satunya faktor pengungkit ekonomi, salah satu faktornya yakni investasi yang naik 7,54 persen, ekspor dan impor yang juga mengalami lonjakan sangat tajam, masing-masing yaitu 31,78 persen dan 31,22 persen.

“Jadi ini adalah momentum rebound dan recovery yang sangat cepat. Ini sejalan dengan kinerja ekonomi global dan mengakibatkan meningkatnya harga-harga komoditas,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement