Jumat 06 Aug 2021 12:20 WIB

Korsel Perpanjang Pembatasan Kurangi Kasus Covid-19

Sebagian besar kasus baru Covid didorong oleh orang-orang muda yang tidak divaksinasi

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Orang-orang yang memakai masker melewati spanduk yang berharap untuk mengatasi krisis COVID-19 di sebuah jalan di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 13 Juli 2021.
Foto: AP/Ahn Young-joon
Orang-orang yang memakai masker melewati spanduk yang berharap untuk mengatasi krisis COVID-19 di sebuah jalan di Seoul, Korea Selatan, Selasa, 13 Juli 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Korea Selatan (Korsel) akan memperpanjang kebijakan pembatasan jarak sosial selama dua pekan lagi. Perdana Menteri Kim Boo-kyum mengatakan pada Jumat (6/8) bahwa perluasan dan perpanjangan kebijakan jarak sosial ini dilakukan karena negara tengah menghadapi wabah secara nasional dan banyak warga yang mengalami sakit parah.

Pekan lalu, Pemerintah Korsel sudah memperketat pembatasan di sebagian besar negara menjelang periode liburan musim panas sebagai liburan puncak negara tersebut. Ibu kota Seoul dan wilayah sekitarnya melarang pertemuan pribadi lebih dari dua orang setelah pukul enam sore. Sementara pertemuan lebih dari empat orang dilarang di seluruh negeri.

Baca Juga

"Pembatasan itu penting untuk memberantas kasus dan memastikan pembukaan kembali sekolah yang aman dalam dua pekan," ujar Kim.

Pakar kesehatan telah menyerukan aturan jarak sosial yang lebih ketat karena jumlah kasus Covid-19 yang parah telah berlipat ganda dalam tiga pekan. Sebagian besar kasus baru didorong oleh orang-orang muda yang tidak divaksinasi dan dorongan vaksinasi yang lambat.

Meski demikian, tingkat kematian di Korsel tetap relatif rendah di 1,02 persen. Sementara kasus yang parah naik tujuh menjadi 376 pada Kamis (5/8) waktu setempat.

Dengan penyebaran varian Delta yang lebih menular, peningkatan pergerakan orang meskipun ada pembatasan, dan tenaga kesehatan yang dimobilisasi berfokus pada upaya vaksinasi daripada pelacakan kontak, pekerjaan epidemiologi tampaknya telah berjuang untuk mengejar ketinggalan.Pernyataan ini disampaikan presiden dari Korean Society of Epidemiology, Lee Soon-young.

"Memang benar momentum untuk pelacakan kontak berkurang karena lebih banyak pergerakan, lonjakan infeksi dari varian baru, dan karena tugas yang tumpang tindih untuk pemeriksaan reaksi merugikan vaksinasi, yang mengakibatkan peningkatan jumlah kasus rute penularan yang tidak diketahui," tulis Lee dalam surel kepada Reuters.

Data Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) menunjukkan Korsel telah memberikan setidaknya satu suntikan ke 40 persen dari 52 juta penduduknya. Sementara 14,7 persen telah divaksinasi sepenuhnya.

Negara tersebut bertujuan untuk mendorong angka itu menjadi 70 persen pada bulan depan. KDCA pada Jumat (6/8) melaporkan 1.704 kasus untuk Kamis, sehingga total menjadi 207.406 infeksi, dengan 2.113 kematian.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement