Jumat 06 Aug 2021 05:45 WIB

Salah Pilih Menu Sarapan Bisa Picu Peradangan

Menu sarapan sehat perlu dipahami agar tidak memicu peradangan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Menu sarapan sehat perlu dipahami agar tidak memicu peradangan.
Foto: PxHere
Menu sarapan sehat perlu dipahami agar tidak memicu peradangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli sepakat bahwa sarapan yang sehat adalah kunci untuk tetap fokus dan berenergi sepanjang hari. Menu sarapan sehat juga bisa melindungi tubuh dari berbagai penyakit kronis dan melawan peradangan.

Sebelum menjelaskan menu sarapan sehat dan ideal, perlu dipahami dulu jenis makanan mana yang bisa memicu peradangan. Ahli Nutrisi dan Diet dari AS, Angie Asche, menjelaskan bahwa makanan yang dapat meningkatkan risiko peradangan kronis adalah lemak trans dan minyak terhidrogenasi parsial yang ditemukan dalam makanan ultra-proses, makanan yang digoreng, terlalu banyak gula, dan biji-bijian olahan.

Baca Juga

Dia menambahkan, makanan ultra-proses seperti donat, kue kering, hingga sereal manis, bisa menyebabkan peradangan. Karena semuanya memiliki kandungan gula tambahan atau lemak jenuh yang tinggi, sementara kandungan protein dan seratnya rendah. Makanan ultra-proses juga biasanya tinggi kalori dan kekurangan berbagai nutrisi.

Makanan seperti sosis, bacon, gorengan, ataupun pancake juga bukanlah menu sarapan tepat. Contoh makanan tersebut juga bisa membuat tubuh lebih cepat lesu dan memicu peradangan.

"Jadi, idealnya sarapanlah dengan makanan yang kaya protein dan serat. Misalnya telur dengan alpukat dan raspberry segar, atau semangkuk oat protein tinggi, dengan blueberry dan biji rami untuk tambahan serat dan antioksidan,” kata Asche seperti dilansir dari Eat This, Kamis (5/8).

Asche menekankan pentingnya menambahkan makanan kaya antioksidan. Karena ketika tubuh mencapai ketidakseimbangan radikal bebas dan antioksidan, tubuh bisa mengalami stres oksidatif.

"Stres oksidatif diperkirakan memperburuk penyakit inflamasi seperti rheumatoid arthritis, serta penyakit arteri koroner dan gangguan neurologis tertentu. Beberapa kondisi kesehatan terkait dengan peradangan kronis,” kata Asche.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement