Jumat 06 Aug 2021 06:45 WIB

Sedang Tren, Amankah Konsumsi Madu Beku?

Konsumsi madu yang dibekukan tengah menjadi tren di kalangan pengguna TikTok.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Madu (ilustrasi). Tren madu beku dapat membuat seseorang mengonsumsi terlalu banyak madu dalam satu waktu.
Foto: pxhere
Madu (ilustrasi). Tren madu beku dapat membuat seseorang mengonsumsi terlalu banyak madu dalam satu waktu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Platform media sosial TikTok seakan tak pernah kehabisan tren makanan unik yang menarik untuk dicoba. Salah satu tren makanan TikTok terbaru yang disambut dengan antusiasme besar adalah madu beku (frozen honey).

Popularitas tren baru ini bisa terlihat dari besarnya jumlah view yang berhasil diperoleh video-video dengan tema madu beku. Tagar #forzenhoney, misalnya, telah ditonton lebih dari 600 juta kali, sedangkan tagar #FrozenHoneyChallenge telah memperoleh 80 juta view.

Baca Juga

Seperti namanya, tren ini bisa dilakukan dengan cara membekukan madu yang disimpan di dalam wadah botol plastik. Setelah beku, madu akan dikeluarkan dengan cara meremas wadah botol plastiknya. Madu yang telah beku akan memiliki konsistensi yang lebih padat, keras, dan lengket.

Sebagian pengguna TikTok juga melakukan sedikit modifikasi dalam membuat madu beku ini. Salah satunya adalah dengan menambahkan sirup jagung sebelum madu dibekukan agar konsistensi madu beku tidak terlalu padat dan keras.

 

Meski tampak menyenangkan, tren madu beku ini dapat membuat seseorang mengonsumsi terlalu banyak madu dalam satu waktu. Menurut praktisi ayurveda, Dr Dixa Bhavsar, sesuatu yang dikonsumsi dalam keadaan beku biasanya memiliki bentuk yang lebih terkonsentrasi.

Oleh karena itu, tren seperti madu beku bisa memicu terjadinya konsumsi madu secara berlebih. Hal ini dapat terlihat dari cukup banyaknya pengguna TikTok yang menikmati madu beku layaknya es loli atau es krim batangan.

"Menyantap madu dalam jumlah besar bukan sesuatu yang ideal," jelas Dr Bhavsar, seperti dikutip dari Indian Express, Jumat.

Adakah bahaya di balik tren tersebut?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement