Kamis 05 Aug 2021 11:27 WIB

OJK Sebut Milenial Dominasi Investor di Pasar Modal

OJK mencatat ada 5,8 juta SID per 30 Juli 2021.

Rep: Novita Intan/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta. ilustrasi
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pekerja melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah single investor identification (SID) sebanyak 5,8 juta orang per 30 Juli 2021. Hal ini sejalan meningkatnya jumlah investor bursa saham.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan, terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari jumlah investor. “Jumlah SID sudah menembus 5,82 juta atau naik 50 persen secara year to date,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Kamis (5/8).

Baca Juga

Hoesen menyebut, pertumbuhan jumlah investor paling banyak berasal dari kalangan milenial dan generasi Z. Selama masa pandemi, lanjut Hoesen, peningkatan jumlah investor di bawah usia 30 tahun mencapai lebih dari 58 persen dari total keseluruhan pemain saham.

“Kaidah sederhananya saat pasar masih melihat perkembangan pemulihan akibat pandemi, tentu banyak yang bahkan bersifat wait and see untuk memutuskan dalam berinvestasi. Namun yang terjadi justru sebaliknya, masyarakat kita berbondong-bondong terjun berinvestasi di pasar modal,” ungkapnya.

Sementara itu, Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara menambahkan, pada semester pertama 2021 jumlah investor pasar modal meningkat  96 persen secara year on year.

"Dan ini didominasi generasi milenial dan generasi Z. Tentu fenomena peningkatan jumlah investor pasar modal ini merupakan peningkatan yang menggembirakan," ucapnya.

Kendati demikian, dia mengungkapkan peningkatan tersebut mesti dibarengi tiga program utama dalam menjaga kepercayaan investor di pasar modal. Pertama peningkatan literasi keuangan, khususnya pemahaman terhadap investasi

Kedua perluasan akses keuangan dan pasar modal supaya lebih merata. Produk investasi yang lebih fleksibel menjadi hal yang krusial di tengah pandemi.

"Ketiga, program literasi dan inklusi keuangan karena semakin banyaknya produk investasi yang hybrid, sinergi antara regulator, pemerintah dan industri menjadi sebuah keharusan," ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement