Kamis 05 Aug 2021 08:01 WIB

Menlu Saudi: Krisis di Lebanon Akibat Tekanan Hizbullah

Beirut menghadapi krisis akibat berbagai masalah ekonomi dan politik.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
 Orang-orang melewati monumen simbol keadilan yang terletak di depan silo gandum yang menjulang tinggi yang hancur dalam ledakan besar Agustus 2020 di pelabuhan Beirut yang merenggut nyawa lebih dari 200 orang, di Beirut, Lebanon, Rabu, 4 Agustus 2021. Setahun setelah ledakan mematikan itu, keluarga para korban disibukkan dengan memenangkan keadilan bagi orang yang mereka cintai dan menghukum elit politik Lebanon, yang disalahkan karena menyebabkan bencana melalui korupsi dan pengabaian mereka.
Foto: AP/Hussein Malla
Orang-orang melewati monumen simbol keadilan yang terletak di depan silo gandum yang menjulang tinggi yang hancur dalam ledakan besar Agustus 2020 di pelabuhan Beirut yang merenggut nyawa lebih dari 200 orang, di Beirut, Lebanon, Rabu, 4 Agustus 2021. Setahun setelah ledakan mematikan itu, keluarga para korban disibukkan dengan memenangkan keadilan bagi orang yang mereka cintai dan menghukum elit politik Lebanon, yang disalahkan karena menyebabkan bencana melalui korupsi dan pengabaian mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud menilai, tekanan kelompok Hizbullah untuk memaksakan kehendaknya  adalah alasan utama krisis di Lebanon, Rabu (4/8). Beirut menghadapi krisis akibat berbagai masalah ekonomi dan politik yang tidak mendapatkan titik temu.

Pangeran Faisal mengatakan, Riyadh khawatir tidak ada hasil nyata yang dicapai dalam penyelidikan ledakan pelabuhan Beirut yang menghancurkan sebagian besar ibu kota setahun lalu. Dia mengatakan, bantuan apa pun ke Lebanon akan dikaitkan dengan reformasi serius di sana.

Baca Juga

Setahun lalu ledakan keras menghantam Beirut disebabkan sejumlah besar amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan selama bertahun-tahun. Hingga saat ini tidak ada pejabat senior yang dimintai pertanggungjawaban.

Investigasi terhenti dengan permintaan yang ditolak untuk mencabut kekebalan dari politisi senior dan mantan pejabat. Semua orang yang dicari untuk diinterogasi oleh penyelidik Lebanon telah membantah melakukan kesalahan.

Pada saat ledakan tahun lalu, Lebanon sudah menghadapi kesulitan yang semakin dalam karena krisis keuangan yang disebabkan korupsi dan pemborosan negara selama beberapa dekade. Kehancuran memburuk sepanjang tahun lalu dengan elit pemerintahan gagal membentuk kabinet baru untuk mulai menangani krisis bahkan ketika kemiskinan telah melonjak dan obat-obatan serta bahan bakar telah habis.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement