Rabu 04 Aug 2021 18:53 WIB

Sebanyak 150 Anak di DIY Jadi Yatim Piatu Akibat Covid-19

Pendampingan psikologi juga disiapkan untuk anak-anak tersebut.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Anak Yatim, ilustrasi
Anak Yatim, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY sudah menemukan setidaknya 150 anak yang menjadi yatim piatu akibat orang tuanya yang meninggal dunia karena terpapar Covid-19. Pendataan pun masih terus berjalan.

Sehingga, Kepala DP3AP2 DIY, Erlina Hidayati Sumardi mengatakan, data dimungkinkan masih terus bertambah. Pihaknya juga bekerja sama dengan lembaga lainnya untuk mengumpulkan data anak yang kehilangan orang tua karena Covid-19.

"Data yang masuk by name by address sudah 110 orang, sambil kami kroscek 40 anak lain. Sekitar 150 anak yang sudah terdata selama dua pekan ini. Kami yakin ini akan terus bertambah banyak karena info dari lembaga lain juga masuk ke kami," kata Erlina saat dikonfirmasi Republika melalui sambungan telepon, Rabu (4/8).

Data-data yang masuk ke DP3AP2 DIY mulai dari satgas penanganan Covid-19 di masing-masing kabupaten/kota, KPAI hingga lembaga lain seperti Muhammadiyah. Bahkan, kata Erlina, sekolah-sekolah secara mandiri juga mengumpulkan data.

Erlina menuturkan, pembukaan posko juga dilakukan untuk menerima data-data terkait anak yang kehilangan orang tua akibat Covid-19. Bagi data yang sudah terkumpul, langsung ditindaklanjuti dengan menerjunkan secara langsung petugas dari DP3AP2 DIY.

"Langsung dijangkau satgas kami, pemetaanya apakah dibutuhkan bantuan segera atau tidak. Misalnya sembako dan vitamin, tergantung kondisi di lapangan," ujarnya.

Pihaknya juga berkoordinasi dengan berbagai lembaga dan organisasi pemerintah daerah (OPD) lainnya dalam memberikan bantuan segera kepada anak yang membutuhkan. Baik itu dengan dinas pendidikan maupun dinas sosial, mulai dari tingkat provinsi hingga kabupaten/kota.

Selain itu, pendampingan psikologi juga disiapkan untuk anak-anak tersebut. Pendampingan ini dilakukan secara tatap muka dan daring jika anak masih tengah melakukan isolasi.

"Kami sudah terjun langsung mendatangi anak, bekerja sama dengan pihak RT setempat. Anak yang memerlukan pendampingan psikologi, kami siapkan psikolognya, anak-anak seperti ini (yang kehilangan orang tua) bisa stres," jelas Erlina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement