Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yudhi Hertanto

Wajah Politik dalam Sistem Kesehatan

Politik | Wednesday, 04 Aug 2021, 12:29 WIB
gambar: republika.co.id

Sehat! Saat ini kita hidup dalam dunia yang terbalik. Hasil yang positif menjadi pertanda infeksi dan penularan, sebuah isyarat negatif, demikian pula sebaliknya.

Status positif dan negatif bertukar. Kesehatan fisik mengoyak aspek kejiwaan. Pandemi membuka kotak pandora. Wabah menguak tabir, semakin terang kondisi sistem kesehatan nasional.

Pandemi seolah menjadi pilihan, antara penyelamatan ekonomi atau menjaga ketahanan kesehatan. Sementara itu, jumlah korban paparan penyakit menular bertambah dari waktu ke waktu.

Sebagai entitas nasional, saat ini kita mengalami kegoyahan dari pucuk hingga akar sosial. Kelangkaan terjadi, mulai dari masker, obat, bahkan vaksin hingga oksigen sangat terbatas.

Bisa jadi kombinasi penyebabnya tidak tunggal, kepanikan publik berhadapan dengan limit ketersediaan, dipengaruhi oleh tata kelola yang tidak terfokus pada aspek solusi pembenahan.

Dibalik kenaikan kasus paparan wabah, arah kebijakan nampak bimbang. Tarik ulur kepentingan terjadi. Meski berharap pandemi dieliminasi, kita harus bersiap untuk hal terburuk.

Relasi Politik

Sistem kesehatan nasional limbung, setelah sebelumnya terhuyung-huyung. Penambahan kapasitas sistem pelayanan kesehatan dapat dilakukan, bagaimana sumber daya manusianya?

Sementara itu, pengetesan dan pelacakan serta vaksinasi masih belum mencapai titik optimal. Potensi yoyo efek terjadi, dengan model turun naik kasus berulang secara ritmik.

Penanganan permasalahan kesehatan masyarakat terhubung dengan ranah politik. Kebijakan menjadi bagian penting mengatasi penyakit serta penderitaan yang timbul.

Kapasitas anggaran yang terbatas, bukan pembatas kemampuan untuk sigap menuntaskan problem riil publik. Kemampuan menempatkan prioritas menjadi bagian dari keberpihakan serta sensitivitas akan situasi yang terjadi.

Bandul keseimbangan bergerak, sistem kesehatan dipaksa berubah karena keadaan. Transformasi terjadi, layanan kesehatan terdisrupsi dari format liberal sesuai tarikan pasar, menjadi berorientasi sosial.

Pada akhirnya, sistem kesehatan erat berkaitan dengan ruang politik. Tidak hanya komitmen politik -political will, juga dibutuhkan tindakan politik -political act yang melindungi seluruh hajat kesehatan seluruh warga negara.

Wajah politik kita terlihat dalam sistem kesehatan. Ekosistem yang sehat tercipta manakala ranah politik lebih berupaya memastikan penyelamatan nyawa, dibandingkan utak-utik kalkulasi nominal.

Keberhasilan mengatasi pandemi, akan bisa terwujud melalui timbulnya politik yang berpihak, sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan publik untuk dapat terlibat secara sinergis.

Jadi apakah sistem kesehatan kita terkendali atau amburadul? Itu sangat bergantung pada bagaimana perspektif Anda melihatnya saat ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image