Rabu 04 Aug 2021 11:41 WIB

Jengkolan dan Cara Mengatasinya Menurut Dokter

Risiko jengkolan tidak tergantung banyaknya jengkol yang dikonsumsi.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Qommarria Rostanti
Jengkol
Foto: REPUBLIKA/Israr Itah
Jengkol

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pertimbangan PB IDI, Prof Zubairi Djoerban, mengulas gangguan jengkolan yang muncul akibat mengonsumsi jengkol. Dia turut memberi tips mengatasi keracunan zat yang terkandung dalam jengkol.

Zubari mengamati, ada orang yang tertarik mencoba jengkol tapi takut karena khawatir jengkolan. Selama ini jengkol memang dianggap bisa mengangkat nafsu makan. Namun, makan jengkol berisiko karena jengkol mengandung asam jengkolat yang mudah mengkristal. 

"Sehingga hal itu dapat mengakibatkan terbentuknya kristal jengkolat di ginjal sehingga menyumbat aliran air kencing," kata Zubairi di akun Twitter resminya pada Rabu (4/8).

Zubairi mengatakan, risiko jengkolan tidak tergantung banyaknya jengkol yang dikonsumsi. Tapi tergantung pada kerentanan tubuh seseorang. Orang yang rentan, mengonsumsi sedikit jengkol saja, maka dapat menyebabkan terjadinya jengkolan.

"Apa yang memengaruhi kerentanan seseorang terhadap asam jengkolat? Belum jelas. Tapi diduga akibat faktor genetik dan lingkungan. Yang jelas, jengkol yang tua itu mengandung lebih banyak asam jengkolat ketimbang jengkol muda," ujar Zubairi.

Zubairi menyampaikan, gejala jengkolan yaitu sakit perut yang amat sakit (kram), sangat nyeri ketika buang air kecil, urine sedikit dan sering mengandung darah. Pada kasus berat, urine bisa tidak keluar sama sekali.

"Untuk mengatasi jengkolan, seseorang harus diberi air soda. Diharapkan sifat basa dari air soda dapat menetralisasi asam jengkolat. Selain itu, minum air putih dalam jumlah banyak juga baik. Tujuannya agar kristal jengkolat larut dan keluar bersama urine," ujar Zubairi.

Selain itu, Zubairi mengingatkan, gejala ringan jengkolan harus diwaspadai. Jika penyumbatan air kencing terjadi terus menerus, maka akan berbahaya bagi ginjal. Aliran urine yang tidak lancar mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih dan pembengkakan ginjal yang akhirnya berisiko gagal ginjal.

"Jika infeksi berlangsung lama, maka dapat menimbulkan kerusakan permanen pada ginjal," ujar Zubairi.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement