Rabu 04 Aug 2021 11:07 WIB

Gempur Taliban, Militer Afghanistan Minta Warga Mengungsi

Pertempuran berkecamuk di Lashkar Gah antara pasukan Afghanistan dan Taliban

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Keluarga pengungsi internal Afghanistan digambarkan saat mereka tiba di sebuah kamp pengungsi di Kandahar, yang melarikan diri dari pinggiran kota karena pertempuran yang sedang berlangsung antara pejuang Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan [Javed Tanveer/AFP]
Foto: Al Jazeera
Keluarga pengungsi internal Afghanistan digambarkan saat mereka tiba di sebuah kamp pengungsi di Kandahar, yang melarikan diri dari pinggiran kota karena pertempuran yang sedang berlangsung antara pejuang Taliban dan pasukan keamanan Afghanistan [Javed Tanveer/AFP]

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Seorang komandan militer Afghanistan telah memerintahkan penduduk untuk meninggalkan kota Lashkar Gah. Perintah tersebut dilakukan karena tentara mempersiapkan serangan besar untuk mengusir militan Taliban, setelah pertempuran selama tiga hari yang berlangsung sengit.

Taliban telah menguasai sebagian besar perdesaan Afghanistan, sejak pasukan asing mulai menarik diri pada Mei lalu. Saat ini Taliban fokus untuk merebut ibu kota provinsi, di mana mereka menghadapi perlawanan yang lebih keras.

Baca Juga

Pertempuran berkecamuk di Lashkar Gah, ibu kota provinsi Helmand selatan. PBB mengatakan sedikitnya 40 warga sipil tewas dalam 24 jam terakhir. Komandan Korps Angkatan Darat 215 Maiwand Afghanistan, Sami Sadat, mengatakan kepada 200 ribu penduduk pada Selasa (3/8) untuk keluar secepat mungkin dari Lashkar Gah.

"Tolong pergi secepat mungkin agar kami dapat memulai operasi. Saya tahu sangat sulit bagi Anda untuk meninggalkan rumah Anda, sulit bagi kami juga. Tetapi jika Anda mengungsi selama beberapa hari, kami dapat memerangi Taliban di mana pun mereka berada.  Kami akan melawan mereka, kami tidak akan membiarkan satu pun Taliban hidup," kata Sadat, dilansir Aljazirah, Rabu (4/8).

Aljazirah melaporkan, keputusan militer yang meminta penduduk meninggalkan rumah mereka merupakan langkah yang sangat dramatis. Keputusan itu belum pernah terjadi sebelumnya.

“Strategi tentara Afghanistan mengirim pasukan khusus dan serangan udara memang membahayakan warga sipil, karena itu mereka harus bertempur dari jalan ke jalan dan menggunakan bom dari udara di daerah padat penduduk,” ujar laporan Aljazirah.

Para pejabat sebelumnya mengatakan, militan Taliban telah merebut puluhan stasiun radio dan TV lokal di Lashkar Gah. Mereka hanya menyisakan satu saluran pro-Taliban yang menyiarkan program Islami.

"Pertempuran sangat intens pagi ini," ujar Direktur radio Sukon, Sefatullah.

Sefatullah mengatakan, pesawat angkatan udara AS dan Afghanistan telah menggempur posisi Taliban. Sementara pertempuran terus berlanjut di dekat penjara Lashkar Gah, dan sebuah bangunan yang menampung markas polisi dan badan intelijen. Dalam beberapa hari terakhir, militer AS telah mengintensifkan serangan udara di seluruh negeri dalam upaya untuk membendung serangan Taliban.

“Taliban ada di mana-mana di kota, Anda bisa melihat mereka mengendarai sepeda motor di jalanan. Mereka menangkap atau menembak orang yang memiliki telepon pintar,” kata seorang warga Lashkar Gah, tanpa menyebut nama.

“Taliban ada di rumah-rumah penduduk dan pemerintah membom mereka.  Sekitar 20 rumah di lingkungan saya telah dibom, mereka bertempur di jalanan,” ujar warga tersebut menambahkan.

Jatuhnya Lashkar Gah ke tangan Taliban akan menjadi pukulan strategis dan psikologis besar-besaran bagi pemerintah Afghanistan. Pemerintah Afghanistan telah berjanji untuk mempertahankan kota tersebut dengan berbagai cara, setelah sebagian besar pedesaan dikuasai Taliban dalam beberapa bulan terakhir.

Organisasi kemanusiaan, Save the Children mengatakan, pertempuran di seluruh Afghanistan telah menelantarkan sekitar 80 ribu anak-anak sejak awal Juni. Save the Children mengatakan, banyak sekolah dan fasilitas kesehatan telah rusak akibat serangan tersebut. Sementara itu Manajer advokasi di Dewan Pengungsi Norwegia, Eileen McCarthy, mengatakan, gelombang kekerasan membuat situasi kemanusiaan yang sudah genting di negara itu semakin buruk.

"Kami melihat rekor korban sipil serta perpindahan warga sipil skala besar.  Kami telah melihat lebih dari 350 ribu warga Afghanistan mengungsi akibat konflik sejak awal tahun. Itu membuat kebutuhan kemanusiaan besar-besaran,” kata McCarthy. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement