Rabu 04 Aug 2021 06:06 WIB

AS Sumbang 110 Juta Dosis Vaksin ke 60 Negara

Penyaluran vaksin tersebut mulai dari Afghanistan hingga Zambia.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Vaksin Covid 19 (ilustrasi)
Foto: PxHere
Vaksin Covid 19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --  Gedung Putih mengumumkan, Amerika Serikat (AS) telah menyumbangkan dan mengirimkan lebih dari 110 juta dosis vaksin Covid-19 ke lebih dari 60 negara, Selasa (3/8). Penyaluran vaksin tersebut mulai dari Afghanistan hingga Zambia. 

Gedung Putih mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa AS pada akhir Agustus akan mulai mengirimkan 500.000 dosis vaksin Pfizer yang telah dijanjikan ke 100 negara berpenghasilan rendah pada Juni 2022. Sebanyak 110 juta dosis yang disumbangkan berasal dari surplus stok vaksin AS karena laju vaksinasi domestik melambat di tengah keragu-raguan vaksin yang meluas di negara itu.

 

Sekitar 90 juta orang Amerika berusia 12 tahun ke atas yang memenuhi syarat belum menerima satu dosis vaksin. Presiden AS Joe Biden telah berjanji untuk mengirimkan lebih dari 80 juta dosis ke luar negeri pada akhir Juni. Namun, ternyata hanya dapat membagikan sebagian kecil dari itu karena hambatan logistik dan peraturan di negara-negara penerima. Laju pengiriman meningkat secara signifikan hingga Juli.

 

Di bawah rencana pembagian Biden, sekitar 75 persen dosis AS dibagikan melalui COVAX. Program ini bertujuan untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, dengan sisanya dikirim ke mitra dan sekutu AS.

 

Gedung Putih menegaskan bahwa tidak ada yang dicari sebagai imbalan atas penyaluran vaksin tersebut. AS menyinggung dengan pendekatannya ke Rusia dan China yang dituduh telah menggunakan akses ke vaksin yang diproduksi di dalam negeri sebagai alat pengaruh geopolitik.

 

Biden telah berjanji bahwa AS akan menjadi gudang vaksin bagi dunia. Washington mengklaim telah mengirimkan vaksin terbanyak ke luar negeri dari negara donor mana pun.

 

Pengumuman pemberian vaksin ke banyak negara muncul di tengah peningkatan infeksi di AS, didorong oleh jenis virus delta yang sangat menular. Kondisi ini membuat pejabat kesehatan masyarakat AS pekan lalu merekomendasikan agar orang yang telah divaksinasi penuh terhadap Covid-19 melanjutkan mengenakan makser di depan umum dalam ruangan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement