Selasa 03 Aug 2021 16:37 WIB

Lukisan Raden Saleh Kini Bisa Dinikmati Virtual

Lukisan Raden Saleh bisa dilihat virtual melalui akses Galeri Nasional Indonesia.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Nora Azizah
Galeri Nasional Indonesia (GNI).
Foto: Galeri Nasional Indonesia
Galeri Nasional Indonesia (GNI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu cara untuk berkunjung ke museum di tengah pandemi seperti saat ini adalah dengan melakukan kunjungan virtual museum. Di Jakarta, museum yang memberikan akses tersebut adalah Galeri Nasional Indonesia.

Pengedukasi Galeri Nasional Indonesia, Aola Ramadhona dan Tunggul Setiawan menjelaskan ada sebuah koleksi lukisan tertua yang dipajang di Galnas. Lukisan tersebut adalah lukisan oleh maestro lukis Indonesia, Raden Saleh.

Baca Juga

Raden Saleh melukis sebuah peristiwa sebuah kapal yang tengah mengalami badai pada karya  lukisan tertua di Galnas. Tunggul mengatakan, ada alasan mengapa Raden Saleh melukis peristiwa kapal yang mengalami badai.

"Pada masa itu, alat transportasi masih sangat minim. Orang-orang saat itu menggunakan perahu dan kapal sebagai alat transportasi berpindah tempat dan mengirim barang atau komoditas," jelas Tunggul dalam tur virtual Galnas beberapa waktu lalu.

Sementara, Aola pun menjelaskan sosok Raden Saleh. Dia yang lahir tahun 1811 itu merupakan pelukis asal Indonesia yang sangat berperan penting pada perkembangan seni rupa di Indonesia.

Raden Saleh merupakan orang yang pada mulanya belajar tentang seni rupa secara modern. Artinya, dia merupakan salah satu orang yang belajar melukis di berbagai negara di belahan bumi barat.

“Karya ini masih terjaga dan terawat dengan baik. Nanti bila sudah tidak ada pandemi, teman-teman bisa datang ke Galnas secara langsung untuk melihat lukisan ini ya,” kata Tunggul.

Pada Galeri 1 di Galnas, kata Aola, memuat karya-karya lukisan yang dipajang berdasarkan sejarah yang disebut monumen ingatan. Sementara, Tunggul menjelaskan, karya lukisan bisa muncul di peradaban lantaran di zaman dahulu tepatnya sebelum Indonesia merdeka, banyak penduduk Belanda yang tengah menjajah Indonesia, butuh mendokumentasikan berbagai momentum yang terjadi di Indonesia.

“Awal mulanya, lukisan itu merupakan sebuah sarana untuk memperlihatkan situasi dan kondisi sebuah daerah. Pada tahun sekitar 1800-an itu masih belum ada teknologi yang memadai yang menangkap momentum-momentum penting di masa itu,” kata Aola menambahkan Tunggul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement