Selasa 03 Aug 2021 06:05 WIB

Bagaimana Hubungan Elit dan Ulama Kesultanan Mughal

Hubungan eli politik dan tokoh agama di Kesultanan Mughal sangat kompleks

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Muhammad Subarkah
Kemegahan dan keindahan Benteng Agra peninggalan Kerajaan Mughal di Agra, India, selalu menjadi daya tarik pelancong untuk mengenal lebih jauh benteng yang dibangun awal abad ke-15 Masehi ini. Benteng Agra terletak 2,5 kilometer dari Taj Mahal, situs waris
Foto: Antara
Kemegahan dan keindahan Benteng Agra peninggalan Kerajaan Mughal di Agra, India, selalu menjadi daya tarik pelancong untuk mengenal lebih jauh benteng yang dibangun awal abad ke-15 Masehi ini. Benteng Agra terletak 2,5 kilometer dari Taj Mahal, situs waris

IHRAM.CO.ID, Politik dan agama telah menjadi hal yang saling berkaitan di India. Di dalam bukunya berjudul The Mughals and The Sufis, Profesor University of Chicago Muzaffar Alam menunjukkan bagaimana para penguasa berinteraksi dengan tokoh dan institusi agama sejak Periode Kesultanan Mughal.

Seperti kekaisaran di banyak tempat dan waktu, Mughal India melibatkan hubungan yang kompleks antara elit politik dan tokoh agama. Mereka saling bersimpati, namun juga memiliki perbedaan. Dilansir di Scroll, Alam mencoba menunjukkan lintasan perbedaan sejarah, politik, serta upaya masing-masing pihak untuk saling menyesuaikan.

Di antara elit politik dan agama, ada beragam suara dan posisi. Jika satu kelompok pemuka agama mengajukan permohonan untuk menerapkan syariah Islam, ada juga dorongan tandingan untuk mempertahankan tradisi lokal.

Selama tiga abad kekuasaannya atas India, Dinasti Mughal menghadapi serangkaian tantangan dan berhasil mengatasi beberapa di antaranya. Misalnya perlawanan bersenjata dari beberapa kelompok etnis, seperti Rajput, Afghanistan, dan Maratha.

Tantangan utama yang dihadapi Mughal sebenarnya serupa dengan yang dihadapi sejumlah kerajaan lain pada masa itu dari Cina hingga Eropa. Masalah tersebut yakni bagaimana mengelola populasi dengan latar belakang yang beragam di wilayah luas.

Salah satu hal yang paling sulit yakni kenyataan bahwa sebagian besar rakyat mereka tidak menganut agama yang sama dengan Mughal. Kekaisaran Mughal menganut agama Islam sementara rakyatnya banyak yang non-Muslim.

Dinasti Muslim sebelumnya juga menghadapi tantangan ini. Dengan berdirinya Kesultanan Delhi, muncul tuntutan dari ulama agar non-Muslim diberikan pilihan untuk menerima Islam atau menghadapi pemusnahan.

Sultan pada zamannya kemudian tidak menjalankan permintaan tersebut. Sebab, umat Islam tidak memiliki kekuatan dan sumber daya yang dibutuhkan, maka sulit untuk menerapkan perintah yang begitu drastis.

Sementara itu, Mughal memiliki warisan budaya dan agama yang signifikan untuk diperjuangkan. Mereka adalah keturunan langsung Timur, seorang tokoh yang sangat penting dalam sejarah budaya dan politik dinasti Muslim Sunni.

Secara keseluruhan, bab-bab buku ini memberikan kisah yang bervariasi dan kompleks tentang hubungan antara berbagai kelompok Sufi dan budaya politik Mughal. Buku yang ditulis Alam ini juga berfokus pada tokoh-tokoh tertentu yang kurang dikenal dan kurang dipelajari.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement