Senin 02 Aug 2021 13:18 WIB

Tunisia Terima Sumbangan 1,5 Juta Dosis Vaksin dari Italia

Sebelumnya Tunisia menerima sumbangan satu juta dosis vaksin Covid-19 Moderna dari AS

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Vaksin Covid 19 (ilustrasi)
Foto: PxHere
Vaksin Covid 19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Tunisia kembali menerima sumbangan vaksin Covid-19. Kali ini, Italia memberikan 1,5 juta dosis ke negara dengan salah satu tingkat kematian virus korona tertinggi di dunia.

Presiden Tunisia Kais Saied, yang pekan lalu memberhentikan perdana menteri dan membekukan parlemen negara tersebut, siap menerima paket sumbangan vaksin dari Italia. Ia pun melancarkan kritik tajam terhadap kinerja pemerintah yang telah dibubarkan.

Baca Juga

 

“Lebih dari setahun telah berlalu, pertemuan demi pertemuan telah diadakan, namun orang-orang dirawat di rumah sakit dan ratusan meninggal setiap hari,” kata Saied pada Ahad (1/8), dikutip laman Al Arabiya.

 

Pada Jumat (30/7) lalu, Tunisia menerima sumbangan satu juta dosis vaksin Covid-19 Moderna dari Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), masing-masing mengirimkan setengah juta dosis vaksin ke negara tersebut.

Tunisia, yang memiliki penduduk hampir 12 juta jiwa, telah melaporkan 590 ribu kasus Covid-19 dengan korban meninggal mencapai 19.686 jiwa. Sistem kesehatan di sana telah kewalahan menghadapi lonjakan kasus baru. Puncak lonjakan terjadi antara pertengahan Juni hingga pertengahan Juli lalu.

 

Meski sempat menurun, lonjakan kasus kembali terjadi. Krisis pandemi di Tunisia diperparah oleh ketidakstabilan politik dan ekonomi. Pada 25 Juli lalu, Kais Saied membubarkan pemerintah dan membekukan parlemen. Hal itu dia lakukan setelah adanya serangkaian demonstrasi anti-pemerintah. Saied, selaku presiden, untuk sementara mengambil alih kekuasaan eksekutif. Dia mengatakan akan segera menunjuk perdana menteri baru.

 

Banyak warga Tunisia mendukung langkah yang telah diambil Saied. Mereka turun ke jalan dan bersorak gembira setelah pemberhentian perdana menteri dan penangguhan parlemen diumumkan. Namun ketua parlemen Tunisia, Rached Ghannouchi, memandang keputusan Saied sebagai kudeta. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement