Senin 02 Aug 2021 09:32 WIB

Anwar Abbas: Jangan Anggap Enteng Prediksi Jakarta Tenggelam

Ilmuwan diminta melakukan langkah serta studi.

Anwar Abbas: Jangan Anggap Enteng Prediksi Jakarta Tenggelam. Warga berjalan melintasi banjir rob di kawasan Pelabuhan Perikanan Muara Baru, Jakarta, Jumat (28/5/2021). Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo mengatakan Jakarta masuk dalam 11 lokasi yang berpotensi dilanda banjir rob pada 28-30 Mei 2021 akibat fenomena gerhana bulan total.
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Anwar Abbas: Jangan Anggap Enteng Prediksi Jakarta Tenggelam. Warga berjalan melintasi banjir rob di kawasan Pelabuhan Perikanan Muara Baru, Jakarta, Jumat (28/5/2021). Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo mengatakan Jakarta masuk dalam 11 lokasi yang berpotensi dilanda banjir rob pada 28-30 Mei 2021 akibat fenomena gerhana bulan total.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta ilmuwan Indonesia tidak menganggap enteng prediksi DKI Jakarta akan tenggelam sebagaimana disampaikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden beberapa hari lalu.

"Pernyataan Joe Biden itu hendaknya jangan kita anggap enteng," ujar Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas dalam pernyataan resminya di Jakarta, Senin (2/8).

Baca Juga

Sebelumnya, Biden mengatakan bila perubahan iklim yang ekstrem terjadi di dunia ini, maka Jakarta akan terancam tenggelam dalam 10 tahun ke depan. Abbas mengatakan kewaspadaan dini para ilmuwan saat ini dibutuhkan agar tidak ada kesan membiarkan persoalan berlarut-larut hingga kondisi bahaya tampak di depan mata.

Ia berharap para pemimpin dan ilmuwan di negeri ini, terutama mereka yang bidang tugas dan keahlian serta keilmuannya terkait dengan masalah perubahan iklim dan pemanasan global bersatu melakukan langkah serta studi. "Itu untuk disumbangkan kepada dunia dan kepada pemerintah sendiri tentang cara mengantisipasi persoalan tersebut," katanya.

Abbas berpendapat, perubahan iklim itu terjadi karena pesatnya pembangunan di seluruh dunia saat ini meningkatkan peredaran emisi karbon yang mendorong terjadinya kenaikan suhu, sehingga iklim pun berubah."Hal itu jelas akan menimbulkan dampak katastropik yang mengerikan yang akan bisa mengancam dunia secara keseluruhan terutama negara kita Indonesia dan lebih-lebih lagi (Ibu) Kota Jakarta," katanya.

Menurut Abbas, permukaan tanah di Jakarta menurun setiap tahunnya, sedangkan naiknya permukaan air laut karena pemanasan global menyebabkan mencairnya es yang ada di Kutub Utara dan Selatan.

Karena itu, pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah harus berkoordinasi memikirkan bagaimana Indonesia bisa berkontribusi bersama negara-negara untuk menghambat dan mencegah terjadinya perubahan iklim global tersebut dan mencegah dampak buruk menimpa bangsa Indonesia.

"Kita sebagai bangsa diharapkan juga sudah harus siap dan punya berbagai alternatif dan solusi serta langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasi dan menghadapi masalah tersebut agar kita bisa meminimalisir resiko dan dampak buruk yang akan menimpa negeri kita akibat dari perubahan iklim dan pemanasan global tersebut terutama (Ibu) Kota Jakarta," kata Abbas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement