Ahad 01 Aug 2021 14:59 WIB

Cegah Amputasi, Jangan Tutup Luka Diabetik dengan Kassa

Bakteri dapat menembus hingga 64 lapisan kassa.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Jika diabaikan, luka kecil pada penderita diabetes bisa menjadi besar dan lama sembuh, bahkan bisa berakibat fatal yaitu amputasi (ilustrasi).
Foto: abc
Jika diabaikan, luka kecil pada penderita diabetes bisa menjadi besar dan lama sembuh, bahkan bisa berakibat fatal yaitu amputasi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu masalah yang mungkin dialami seorang penyandang diabetes atau diabetesi adalah luka. Jika diabaikan, luka kecil bisa menjadi besar dan lama sembuhnya. Hal ini bahkan bisa berakibat fatal yaitu amputasi.

Dokter spesialis luka, dr Adisaputra Ramadhinara, mengatakan luka diabetik utamanya di bagian kaki dan sangat memerlukan penanganan khusus agar kesembuhan bisa dicapai. Menurut dia, kesalahan umum yang terjadi pada perawatan luka diabetik adalah menutup luka dengan kassa. Dokter Adi tidak menganjurkan penggunaan kassa sebagai penutup luka, karena kassa tidak dapat menjaga kelembapan daerah luka dan dapat meningkatkan risiko infeksi. 

Sebuah studi menunjukkan bahwa bakteri dapat menembus hingga 64 lapisan kassa. Hal ini membuat kassa bukanlah penutup luka yang ideal. Dia mengatakan, saat ini perkembangan ilmu pengetahuan di bidang perawatan luka telah berhasil menekan angka amputasi. Penggunaan berbagai dressing modern untuk mengatasi infeksi dan menjaga agar suasana luka tetap lembap juga sangat diperlukan.

"Karena dalam suasana lembap, pertumbuhan jaringan baru menjadi lebih optimal dan proses penutupan luka oleh sel kulit baru bisa terjadi dengan lebih cepat," ujar dokter yang berpraktik di Heartology Cardiovascular Center, Brawijaya Hospital Saharjo, Jumat (30/7).

Perawatan luka yang tepat ini bisa mencegah luka melebar yang sulit sembuh bahkan berujung amputasi. Statistik menunjukkan bagaimana prosedur amputasi pada 6 dari 7 penderita kaki diabetik, diawali dari sebuah luka sederhana. Padahal, 85 persen dari luka tersebut sebetulnya dapat dicegah dan ditangani dengan baik agar tidak berkembang ke arah yang lebih serius.

Karena itu, sangat penting mencegah amputasi kaki akibat komplikasi yang disebabkan diabetes tersebut. Selain perawatan luka yang benar, pengendalian kadar gula darah harus dilakukan secara optimal, agar proses penyembuhan luka dapat berjalan dengan baik. Selama menjalani perawatan, kaki yang sedang terluka juga harus diistirahatkan dan tidak boleh menjadi tumpuan beban.

Saat ini, perawatan luka selalu mengedepankan pentingnya kerja sama multidisiplin. Pada kasus luka diabetik di kaki, perawatan luka dapat ditangani oleh dokter spesialis luka. Namun, jika terjadi penyumbatan pembuluh darah di kaki, maka diperlukan keterlibatan spesialis vaskular untuk tindakan revaskularisasi atau perbaikan aliran darah ke tungkai guna menunjang proses penyembuhan luka yang optimal.

Angka penyandang diabetes atau diabetesi terus bertambah setiap tahun. Diperkirakan, jumlah diabetesi akan mencapai lebih dari 400 juta orang di seluruh dunia pada 2030. Tentunya, sebagai salah satu negara dengan jumlah penyandang diabetes terbesar di dunia, Indonesia akan turut terkena dampak epidemi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement