Jumat 30 Jul 2021 16:33 WIB

Erick Thohir Paparkan Rencana IPO Anak Usaha BUMN

Erick berharap IPO anak usaha BUMN dapat terwujud secara bertahap mulai tahun ini.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Foto: Republika/Abdan Syakura
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan upaya mendorong BUMN atau anak usaha BUMN go publik merupakan bagian dalam peningkatan transparansi. Erick menargetkan penawaran umum saham perdana atau IPO BUMN atau anak usaha BUMN dapat terwujud secara bertahap mulai tahun ini.

"Saya tidak bisa spesifik apakah 2021, 2022, atau 2023 karena perlindungan daripada insider trading itu tidak boleh, apalagi saya sebagai menteri," ujar Erick di Jakarta, Jumat (30/7).

Erick ingin IPO pada anak usaha Telkom mendorong valuasi Telkom semakin baik ke depan. Erick tak ingin Telkom terpaku pada perusahaan komunikasi semata, melainkan bertransformasi sebagai perusahaan digital telco.

"Oleh karena itu, kita juga mendorong terus anak usaha seperti Mitratel dan Telkom Data Center ke depan bisa go publik," ungkap Erick.

Pun dengan Pertamina grup. Erick ingin meningkatkan transparansi yang ada di tubuh Pertamina grup lewat IPO. Erick mencanangkan anak usaha Pertamina seperti Pertamina Integrated Marine Logistic, Pertamina Geothermal Energy; Pertamina Hulu, hingga Pertamina Hilir dapat melantai di bursa efek Indonesia.

"Contoh kita sekarang terintegrasi Marine transportation yang tidak hanya kapal, pelabuhan, energi storage, menjadi sebuah grup. Nah ini juga bisa ke depannya untuk kita lakukan untuk go publik," ucap Erick.

Erick menambahkan rencana IPO Pertamina Geothermal Energy tak lepas dari upaya Kementerian BUMN yang sedang membentuk holding BUMN Panas Bumi (Geothermal). Holding tersebut nantinya akan diisi tiga perusahaan pelat merah yang selama ini menggarap bidang pengembangan dan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) seperti PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), PT Geo Dipa Energi (Persero), dan PT PLN Geothermal.

"Kemarin bagaimana kita mergerkan PLN, Pertamina, untuk geothermal disambut baik ibu menkeu karena Kemenkeu juga punya aset Geo Dipa yang bisa ikutan dalam grup ini," lanjut Erick. 

Erick menyebut holding panas bumi merupakan langkah adaptif dalam menghadapi perubahan yang mana energi fosil mulai banyak ditinggalkan. Erick mengatakan potensi panas bumi juga dapat membuka lapangan kerja yang besar bagi masyarakat.

"Kadang-kadang kita terjebak seakan-akan melakukan aksi korporasi ini kita ingin melepas beban daripada BUMN, tidak, BUMN tetap sebagai lokomotif pembangunan jadi public service juga dengan geothermalnya sendiri ini menjadi energi baru terbarukan. Ini bisa melayani masyarakat juga lebih sehat ke depan dari yang namanya polusi dan lain-lainnya," kata Erick menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement