Jumat 30 Jul 2021 10:41 WIB

Naskah Khutbah Jumat: Perempuan dan Peradaban

Islam meletakkan perempuan sebagai manusia seutuhnya.

Naskah Khutbah Jumat: Perempuan dan Peradaban
Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha
Naskah Khutbah Jumat: Perempuan dan Peradaban

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : I. Marwah Atmadja

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمِّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. وَقَالَ عَزَّ مِنْ قَائِلْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ    ، أَرَأَيتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّينِ فَذَالِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ اليَتِيمَ ، وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعاَمِ المِسكِينِ، فَوَيلُ لِلمُصَلِّينَ، الَّذِيْنَ هُم عَن صَلَاتِهِم سَاهُونَ ، وَ الَّذِيْنَ هُم يُرَاءُونَ وَ يَمنَعُونَ المَاعُونَ    أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ هُوَ الْمُنْعِمُ الْمُتَفَضِّلُ، وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا.

Baca Juga

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Marilah kita selalu memanjatkan puji syukur kita kepada Allah SwT. Karena hanya Dialah yang telah memberi semua fasilitas yang sekarang ada tanpa kita minta. Kalau hari ini kita masih bisa bernafas, bisa melihat keindahan alam yang dibentangkan, menikmati cerahnya langit ataupun suramnya mendung itu semua hanya karena pemberian Allah semata.

Tanpa meminta, kita telah diberi mata, tanpa kita memohon kita diberi-Nya telinga, tanpa kita merengek-rengek kita telah diberinya alat perasa, dan tanpa harus membuat dan mengirim proposal proyek kita telah diberi semuanya. Sungguh sangat pantas apabila dalam keheningan hati dan ketenangan pikir, kita bergumam, “betapa banyaknya nikmat Tuhan yang kadang tidak kita syukuri”

Lebih dari itu semua, yang juga harus kita syukuri adalah bahwa kita telah diberi-Nya anugerah keimanan di hati kita. Dari manapaun asal dan bagaimana jalannya, saat ini kita teklah diberi-Nya anugerah iman. Suatu anugerah besar yang tidak diberikan kepada semua manusia. Oleh karena itu kita harus mensykuri karunia itu dengan cara khusus, yaotu melengkapi keimanan kita itu dengan selalu beramal shaleh.

Di dalam Al-Qur’an hampir semua kata iman selalu diikuti dengan kata amalalus shalihat. Itu adalah pratanda bahwa iman memang harus diikuti dengan amal shaleh, iman harus diwujudkan dalam alam nyata, dalam tindakan kita.

Kalau iman hanya terhenti pada pernyatan bahwa Aku percaya bahwa Allah SwT adalah pencipta alam semesta, maka orang-orang jahiiliyyah juga mengatakan hal yang sama. Ketika Islam datang maka pernyataan keimana itu dituntunkan untuk diwujdukan dalam alam kehidupan.

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement