Kamis 29 Jul 2021 21:24 WIB

 BPPT Kejar Izin Edar Inovasi Rontgen Digital 

Rontgen digital menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI).

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Produk inovasi Direct Digital Radiography (DDR) buatan BPPT. DDR ialah alat yang dapat digunakan menggantikan rontgen konvensional karena dikembangkan berbasis Artificial Intelligence (AI).
Foto: BPPT
Produk inovasi Direct Digital Radiography (DDR) buatan BPPT. DDR ialah alat yang dapat digunakan menggantikan rontgen konvensional karena dikembangkan berbasis Artificial Intelligence (AI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sedang mengusahakan izin edar produk inovasi Direct Digital Radiography (DDR) segera keluar. DDR ialah alat yang dapat digunakan menggantikan rontgen konvensional karena dikembangkan berbasis Artificial Intelligence (AI).

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan cara mengurai kompleksitas permasalahan pandemi Covid-19 adalah mengedepankan solusi berbasis inovasi dan teknologi. BPPT terus mengawal inovasi teknologi yang dikerjakan oleh penta helix, dari hulu hingga ke hilir, dimana salah satunya produk DDR. 

 

"Mulai dari uji kinerja sampai mendapatkan izin edar yang hingga saat ini masih berproses. Termasuk berkoordinasi dengan RSUD dr. Sardjito Yogyakarta terkait perolehan data pasien melalui AI sehingga citra X-ray dan CT-Scan dapat diunggah secara mudah," kata Hammam.

 

DDR dapat digunakan sebagai alat penentu status pasien terpapar Covid-19 untuk tingkatan ringan (mild), sedang (moderate) atau berat (severe). Selain itu, DDR mampu mempercepat dokter radiologis dalam memperoleh alternatif keputusan diagnostik karena penggunaan AI.

 

Hammam mengakui upaya mengantarkan produk DDR ke pasar bukanlah tanpa tantangan. Ia menyebut sudah dilakukan beberapa uji terhadap DDR sesuai kaidah internasional. Langkah ini merupakan bagian dalam proses hilirisasi produk DDR sejak tahapan paten oleh Universitas Gajah Mada, Kementerian Riset dan Teknologi serta BPPT. 

 

"Justru salah satu tantangan utama dalam sebuah proses inovasi adalah pada tahapan difusi dan komersialisasi," ujar Hammam.

 

Selain itu, Hammam menilai pengerjaan DDR dapat menjadi awal dari proses pembangunan kemandirian produk inovasi karya anak bangsa untuk penanganan COVID-19. Ia ingin membangun kepercayaan dan kebanggaan terhadap inovasi produk-produk dalam negeri karya anak bangsa.

 

"Saya berharap produk inovasi DDR dapat menjadi salah satu keberhasilan ekosistem inovasi membangun kemandirian dalam pemenuhan produk kesehatan nasional, melalui optimalisasi TKDN dan klaster industri bidang kesehatan," ucap Hammam.

 

Diketahui, DDR ialah rontgen digital yang bisa menggantikan atau mengatasi kebutuhan rontgen dengan citra digital. DDR bisa ditempatkan di berbagai lokasi bahkan ke lokasi yang relatif terpencil dari kota besar. DDR ini bisa dibeli dengan harga lebih terjangkau dibanding DDR dari China (Rp1,8 miliar) dan dari Jerman (Rp5,7 miliar).

 

Tercatat, saat ini terdapat 8 ribu alat rontgen (X-ray) di Indonesia. Adapun 6 ribu diantaranya adalah alat rontgen konvensional yang dapat digantikan dengan DDR.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement