Kamis 29 Jul 2021 17:59 WIB

Kemendikbudristek: Pertanyaan Survei Masih Bisa Berubah

Hasil akhir evaluasi untuk survei lingkungan belajar pada Asesmen Nasional (AN). 

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Ratna Puspita
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Balitbangbuk) Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengatakan survei lingkungan belajar yang sempat diuji coba kepada sekolah penggerak masih akan dievaluasi. Hasil akhir evaluasi nantinya akan digunakan untuk survei lingkungan belajar pada Asesmen Nasional (AN). (Foto ilustrasi: Ruang kelas)
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Balitbangbuk) Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengatakan survei lingkungan belajar yang sempat diuji coba kepada sekolah penggerak masih akan dievaluasi. Hasil akhir evaluasi nantinya akan digunakan untuk survei lingkungan belajar pada Asesmen Nasional (AN). (Foto ilustrasi: Ruang kelas)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan (Balitbangbuk) Kemendikbudristek Anindito Aditomo mengatakan survei lingkungan belajar yang sempat diuji coba kepada sekolah penggerak masih akan dievaluasi. Hasil akhir evaluasi nantinya akan digunakan untuk survei lingkungan belajar pada Asesmen Nasional (AN). 

"Betul (bisa berubah). Seperti saya sampaikan kemarin, instrumen survei secara prinsip memang terus dievaluasi dan disesuaikan berdasarkan data dan masukan," kata Anindito, dihubungi Republika, Kamis (29/7). 

Baca Juga

Ia menjelaskan, uji coba survei yang dilakukan pada sekolah penggerak ini adalah tahapan terakhir. Tahapan ini termasuk pada uji coba empiris, yakni menguji coba survei kepada responden yang mirip dengan responden AN nantinya. 

Adapun, tahapan pembuatan instrumen survei, ia menjelaskan diawali dengan membuat kerangka asesmen. Kerangka asesmen ini mendefinisikan tujuan pengukuran seperti kenapa pengukuran dilakukan dan apa saja yang akan diukur.

"Apa yang dimaksud dengan literasi, apa yang dimaksud dengan akhlak mulia, dengan pembelajaran mengajar yang baik, dengan iklim keamanan, iklim kebhinekaan, harus kita definisikan secara jelas dulu," kata dia.

Setelah itu, Kemendikbudristek lalu melakukan kajian pustaka untuk menyusun indikator-indikator dan butir spesifikasinya. Jika sudah ada instrumen maka literatur bisa digunakan dan disesuaikan dengan konteks yang akan diukur.

Tahapan selanjutnya adalah membuat draf awal, yang juga sebagai evaluasi. "Pertama, evaluasi kontennya secara kualitatif. Jadi kita mengundang pakar dan reviewer independen, untuk melihat apakah butir-butir itu relevan, bisa dipahami dengan baik atau tidak, menimbulkan salah tafsir atau tidak," kata Anindito.

Setelah semuanya selesai, maka akhirnya adalah uji coba yang salah satunya dilakukan pada sekolah penggerak. Instrumen-instrumen survei inilah yang saat ini beredar di masyarakat, khususnya di kalangan sekolah penggerak. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement