Kamis 29 Jul 2021 13:40 WIB

RI Gandeng Konsorsium Hyundai Bangun Industri Baterai EV

Nilai investasi pembangunan industri baterai EV ini kurang lebih 1,1 miliar dolar AS.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Terminal pengisian baterai kendaraan listrik (ilustrasi)
Foto: VOA
Terminal pengisian baterai kendaraan listrik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia telah menandatangani Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Konsorsium Hyundai dan PT Industri Baterai Indonesia (IBI). Masing-masing perusahaan diwakili langsung oleh CEO Hyundai Mobis Co Ltd Sung Hwan Cho, CEO LG Energy Solution (LGES) Jonghyun Kim, serta Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia Toto Nugroho.

Penandatanganan itu dilakukan secara daring melalui video conference di Kantor Kementerian Investasi/BKPM pada Rabu sore (28/7). Seperti diketahui, Konsorsium Hyundai terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution bekerja sama dengan PT Industri Baterai Indonesia, atau yang dikenal juga dengan nama Indonesia Battery Corporation (IBC).

Kolaborasi itu bertujuan membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dengan total nilai investasi kurang lebih 1,1 miliar dolar AS. Rencananya, dapat menyerap tenaga kerja sekitar 1.000 orang. 

Bahlil mengatakan, kerja sama investasi tersebut merupakan salah satu tahap dari keseluruhan rencana proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai 9,8 miliar dolar AS. Ia mengungkapkan apresiasinya kepada Hyundai, LG, maupun PT Industri Baterai Indonesia atas terlaksananya kerja sama ini. 

Dia mengakui, perjanjian kerja sama itu terealisasi dengan proses dan negosiasi panjang, sehingga dapat menguntungkan semua pihak. Bahlil juga mengingatkan kembali agar dalam implementasi kerja sama ini, perusahaan wajib menggandeng pengusaha dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal. Hal tersebut merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU CK).

“Penandatanganan yang akan disaksikan bersama-sama ini, izinkan saya sampaikan agar dalam implementasinya, sesuai dengan undang-undang, berkolaborasi dengan pengusaha nasional, dan UMKM. Hal tersebut menjadi perhatian khusus bagi pemerintah sekarang. Kami akan kawal dari awal sampai akhir investasi untuk baterai sel ini,” tegas Bahlil.

Proyek investasi sel baterai kerja sama Konsorsium Hyundai-LG dan PT Industri Baterai Indonesia ini merupakan salah satu langkah pemerintah dalam mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia secara keseluruhan dari hulu sampai dengan hilir. Dalam kesempatan itu, Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia Park Taesung turut mengapresiasi Pemerintah Indonesia, khususnya Menteri Investasi dan Menteri BUMN atas terwujudnya kerja sama.

Park menambahkan, kerja sama investasi mobil listrik dan baterai ini akan menjadi kontributor yang secara inovatif menjalankan perekonomian lebih berorientasi pada lingkungan, teknologi, dan ekspor. “Saya sebagai Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia akan menggerakkan segala dukungan agar kerja sama ini menjadi salah satu kerja sama yang sukses dan terbaik antara Korea dan Indonesia,” ujar dia.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi menyampakan, terjalinnya kerja sama ini merupakan wujud komitmen kedua negara, meskipun masih dalam kondisi pandemi Covid-19. “Dalam kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan, proyek ini termasuk sangat strategis dan bersejarah karena membantu transformasi Indonesia menuju negara dengan industri yang kuat dan maju. Tentunya betul-betul mengalihkan bisnis ekstraksi menjadi manufaktur yang lebih bernilai tambah,” tutur dia.

Seiring perkembangannya, terlihat komitmen Hyundai tidak saja fokus pada pembuatan kendaraan konvensional. Melainkan juga menjadikan Indonesia salah satu pusat pengembangan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai. 

Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia Toto Nugroho menyampaikan, kerja sama ini menjadi momentum dalam pembentukan industri baterai dan kendaraan listrik di Indonesia. Indonesia memiliki potensi menjadi pemain global industri baterai karena memiliki 24 persen cadangan nikel di dunia. 

“Kami akan memproduksi baterai secara kompetitif guna memenuhi kebutuhan Indonesia dan juga untuk ekspor. Terima kasih atas dukungan yang sangat besar dari Kementerian Investasi, Kementerian BUMN, dan Ambassador kedua negara,” kata Toto.

CEO Hyundai Mobis Co Ltd Sung Hwan Cho menyampaikan komitmennya mengembangkan mobil listrik dan ekosistemnya di Indonesia. “Sampai sekarang, berkat dukungan penuh dari Pemerintah Indonesia, kami sudah mencapai target untuk memajukan proyek ini dengan pihak-pihak lain. Saya merasa lebih dekat mencapai target kami, dan sekarang kedua negara akan bermitra untuk mengembangkan mobil listrik dan ekosistem ke depannya,” tuturnya.

Konsorsium Hyundai rencananya akan membentuk joint venture (JV) dengan PT Industri Baterai Indonesia sebagai holding BUMN Baterai yang merupakan gabungan dari 4 (empat) BUMN, yaitu PLN, Pertamina, MIND ID, dan Antam. Adapun kerja sama investasi ini ditargetkan dapat segera groundbreaking pada tahun ini. 

Fasilitas sel baterai tersebut rencananya akan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 Giga watt Hour (GwH). Kemudian nantinya akan menyuplai kendaraan listrik produksi Hyundai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement