Selasa 27 Jul 2021 23:28 WIB

KKP: Rumput Laut Bisa Atasi Persoalan Limbah Plastik

Ditjen PDSPKP menyebut rumput laut bisa diolah menjadi bioplastik

Warga mencari rumput laut di Panimbang Jaya, Lebak, Banten. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan bahwa komoditas rumput laut bisa digunakan untuk mengatasi sejumlah persoalan global seperti limbah plastik dan perubahan iklim, sehingga merupakan peluang bagi pengusaha sektor kelautan.
Foto: ANTARA/MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS
Warga mencari rumput laut di Panimbang Jaya, Lebak, Banten. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan bahwa komoditas rumput laut bisa digunakan untuk mengatasi sejumlah persoalan global seperti limbah plastik dan perubahan iklim, sehingga merupakan peluang bagi pengusaha sektor kelautan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan bahwa komoditas rumput laut bisa digunakan untuk mengatasi sejumlah persoalan global seperti limbah plastik dan perubahan iklim, sehingga merupakan peluang bagi pengusaha sektor kelautan.

"Inovasi menjadi kata kunci dalam pengembangan produk turunan rumput laut," kata Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Artati Widiarti dalam webinar di Jakarta, Selasa (27/7).

Artati mencontohkan bahwa rumput laut bisa diolah menjadi bioplastik sehingga dapat mengganti kemasan plastik yang selama ini ada. Ia juga mengingatkan hasil kajian menyebutkan pemanfaatan rumput laut jenis asparagopsis taxiformis dalam pakan ternak ruminansia seperti sapi, mampu mengurangi emisi gas metana.

"Ketika dunia menempatkan climate change sebagai isu utama, pelaku usaha bisa mem-branding rumput laut sebagai tanaman yang mampu menyerap karbondioksida," papar Dirjen PDSPKP KKP.

Artati menegaskan rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang sangat melimpah di perairan Indonesia, di mana jumlahnya diperkirakan mencapai 8,6 persen dari total biota di laut. Sementara luas wilayah habitat rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektare atau terbesar di dunia.

"Kemelimpahan sumber daya hayati rumput laut ini tentunya merupakan anugerah bagi bangsa Indonesia yang dapat didayagunakan sebagai penggerak ekonomi nasional, penyedia lapangan kerja, penghasil devisa serta menjadi sumber pangan dan gizi nasional," tegasnya.

Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP, Machmud menjelaskan bahwa saat ini pemanfaatan rumput laut untuk konsumsi manusia menyumbang lebih dari 77 persen dari keseluruhan pangsa pasar global. Kebutuhan itu diproyeksikan meningkat di masa mendatang karena perubahan gaya hidup kebiasaan makan yang sehat, dan meningkatnya populasi penduduk.

"Peningkatan permintaan terjadi karena meningkatnya permintaan rumput laut untuk industri pangan, pakan, obat-obatan dan kosmetik," ungkap Machmud.

Sebagai bentuk dukungan, Machmud memastikan pemerintah telah melakukan langkah serius dalam pengembangan industri rumput laut nasional melalui Perpres No. 33/2019.Langkah penguatan industri rumput laut nasional diimplementasikan dalam beberapa program, diantaranya penelitian pengembangan budidaya jenis (spesies dan/atau varietas) baru, inovasi teknologi produk setengah jadi dan produk akhir, serta pasar produk rumput laut nasional dan global.

Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua setelah Tiongkok, dengan volume ekspor tahun 2020 sebesar 195.574 ton dengan nilai mencapai 279,58 juta dolar AS.Berdasarkan data Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, lanjutnya, saat ini Indonesia memiliki kekayaan makroalga sebanyak 89 suku (familia), 268 marga (genus) dan 911 jenis (species).

Dari sekian jenis, rumput laut dari kelas alga merah (Rhodophyta) menempati urutan terbanyak dari jumlah jenis yang tumbuh di perairan laut Indonesia yaitu sekitar 564 jenis, disusul alga hijau (Chlorophyta) sekitar 201 jenis dan alga coklat (Ochrophyta) sekitar 146.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement