Selasa 27 Jul 2021 14:33 WIB

Pasien Isoman Bergejala Diminta Pindah ke Shelter Terpusat

Isoman banyak meninggal karena di luar pengawasan.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas menyiapkan fasilitas untuk isolasi pasien COVID-19 saat persiapan Shelter Isolasi COVID-19 di University Club (UC) Hotel Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu (14/7/2021). Saat ini UGM memfungsikan dua tempat yakni Wisma Kagama dan University Club (UC) Hotel yang memiliki kapasitas 132 bed menjadi shelter isolasi COVID-19 pasien dari RS Sardjito dan RSA UGM menyusul tingginya kasus COVID-19 di D.I Yogyakarta.
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Petugas menyiapkan fasilitas untuk isolasi pasien COVID-19 saat persiapan Shelter Isolasi COVID-19 di University Club (UC) Hotel Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu (14/7/2021). Saat ini UGM memfungsikan dua tempat yakni Wisma Kagama dan University Club (UC) Hotel yang memiliki kapasitas 132 bed menjadi shelter isolasi COVID-19 pasien dari RS Sardjito dan RSA UGM menyusul tingginya kasus COVID-19 di D.I Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pasien Covid-19 yang bergejala dan tengah menjalani isolasi mandiri (isoman) diminta untuk pindah ke shelter terpusat yang sudah dibentuk Pemda DIY. Sebab, ada indikasi meningkatnya kematian pasien saat isoman di DIY dikarenakan tidak terpantau dengan baik.

"Mereka yang punya gejala dan kira-kira memerlukan isolasi di shelter terpusat, lebih baik pindah dengan pertimbangan isolasi di shelter terpusat ada makanan dan vitamin yang disiapkan," kata Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji dalam keterangan resminya, Selasa (27/7).

Baca Juga

Aji menuturkan, pasien isoman di rumah saat ini kecenderungannya banyak yang kadar saturasi oksigennya tiba-tiba menjadi rendah. Padahal, pasien tersebut awalnya tidak bergejala sehingga lebih memilih melakukan isoman di rumah.

Hal ini juga menyebabkan kondisi pasien tidak terawasi dengan baik saat isoman. Hal tersebut dinilai menjadi penyebab banyaknya pasien Covid-19 yang meninggal di DIY saat isoman.

 

"Isoman banyak meninggal karena di luar pengawasan, sekarang orang yang terkena Covid-19 kecenderungannya tingkat saturasinya turun dengan cepat. Kadang-kadang tidak ada gejala apa-apa, tapi satu atau dua hari tiba-tiba sesak dan meninggal," ujar Aji.

Pemda DIY juga membentuk satgas yang khusus untuk menekan kematian pasien Covid-19 saat menjalani isoman. Pasalnya, selama Juni hingga Juli 2021 ini, kematian pasien Covid-19 saat isoman meningkat drastis di DIY.

Aji menyebut, pihaknya sudah merekrut 100 tenaga kesehatan untuk berkontribusi dalam satgas ini. Nantinya, nakes tersebut akan melakukan pemeriksaan dan pengawasan secara rutin dengan berkeliling dari rumah ke rumah.

"Di bawah koordinasi Danrem kemudian job-nya nanti kita susun bersama dengan IDI (DIY), sehingga nanti mereka akan terjun ke lapangan untuk melakukan pendampingan kepada isoman bersama dengan puskesmas, babinkamtibmas dan babinsa," kata dia.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X juga mengatakan sebelumnya pihaknya sudah berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan masing-masing pemerintah kabupaten/kota untuk membentuk satgas yang mengawasi isoman. Satgas ini memantau kondisi pasien yang menjalani isoman dan memindahkan proses isolasi ke shelter-shelter terpusat.

"Nanti akan dibentuk satgas yang akan menangani isolasi di shelter terpusat. Nanti pihak kabupaten/kota yang mendata nama dan alamat dari mereka yang isoman dan membantu kami melakukan tracing bagi seluruh isoman," kata Sultan.

Pihaknya sudah menyiapkan tiga shelter terpusat yang menjadi wilayah kerja dari satgas yang dibentuk dengan kapasitas 506 orang. Mulai dari Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, Balai Diklat Kementerian PUPR dan asrama mahasiswa UNY.


Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement