Selasa 27 Jul 2021 14:17 WIB

Banyak WNA Keluar dari Indonesia, Ini Kata Menteri Bahlil

Sepanjang Semester I 2021 realisasi investasi di Indonesia mencapai Rp 442,8 triliun.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. Prayogi/Republika
Foto: Prayogi/Republika.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. Prayogi/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan dampak banyaknya warga asing yang keluar dari Indonesia seiring lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia. Menurut dia, hengkangnya warga negara asing yang umumnya tenaga ahli di perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia tentu akan berdampak pada percepatan pekerjaan atau kinerja perusahaan.

"Harus diakui setiap perusahaan yang sedang jalankan operasinya ketika sebagian tenaga ahlinya pulang, pasti ada dinamika di dalam percepatan pekerjaan itu. Nah dinamika ini harus kita mediasi (agar) bisa diselesaikan," kata Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dalam paparan realisasi investasi triwulan II/Semester I 2021 secara daring, Selasa (27/7).

Bahlil Lahadalia mengaku tak bisa memastikan pengaruh keluarnya tenaga asing itu terhadap jalannya investasi perusahaan asing di Tanah Air."Apakah ada dampaknya di kuartal III? Saya belum bisa jawab sekarang, harus tanyakan ke mereka apa masalah dan solusi apa yang akan kami buat. Tolong kasih kami kesempatan sedikit untuk mendeteksi perusahaan mana saja yang tenaga ahlinya balik dan bagaimana agar cepat mereka datang," ujar Bahlil Lahadalia.

Sepanjang Semester I 2021 realisasi investasi mencapai Rp 442,8 triliun atau sebesar 49,2 persen dari target yang ditetapkan Presiden Jokowi sebesar Rp 900 triliun. Capaian tersebut terdiri atas realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp 228,5 triliun (51,6 persen) dan realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp 214,3 triliun (48,4 persen).

"Capaian Rp 442,8 triliun itu dipersentasekan dari Rp900 triliun itu sudah mencapai 49,2 persen. Memang harus kami akui di kuartal ketiga ini pekerjaannya ekstra ketat karena kita kena PPKM ini di Juli-Agustus," kata Bahlil Lahadalia.

Mantan Ketua Umum Hipmi itu menambahkan, tantangan yang dihadapi di kuartal III 2021 pun berat karena pada periode tersebut Indonesia mengalami kenaikan kasus Covid-19 tinggi. Namun, Bahlil mengaku hingga saat ini belum ada rencana untuk merevisi target."Kalau ditanya apakah mau revisi target? Sampai sekarang saya belum terpikir, tapi kalau ditanya apa strateginya agar target tercapai, inii lagi dijalankan. Kasih kami waktu bekerja, kami bekerja siang dan malam untuk bagaimana bisa mendorong agar realisasi bisa tetap mencapai target," ujar Bahlil Lahadalia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement