Selasa 27 Jul 2021 00:05 WIB

Kaitan Interaksi Obat dan Asidosis Laktat Menurut Pakar

Hingga kini belum ada temuan interaksi obat Covid-19 menyebabkan asidosis laktat.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
hingga kini belum ada temuan bahwa interaksi obat pada pengidap Covid-19 menyebabkan asidosis laktat.
Foto: www.freepik.com
hingga kini belum ada temuan bahwa interaksi obat pada pengidap Covid-19 menyebabkan asidosis laktat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Benarkah interaksi obat dapat menyebabkan asidosis laktat? Dua pakar dari Universitas Indonesia menyampaikan pandangannya pada webinar "Bertemu Pakar untuk Menjawab Bagaimana Risiko Interaksi Obat pada Penderita Covid-19", akhir pekan lalu.

Istilah asidosis laktat merujuk pada kondisi yang terjadi ketika kadar asam di dalam tubuh sangat tinggi, disebabkan oleh produksi asam laktat yang berlebihan hasil dari metabolisme. Sementara, dalam kondisi normal, cairan tubuh bersifat netral.

Baca Juga

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Profesor Retnosari Andrajati, menyampaikan bahwa hingga kini belum ada temuan bahwa interaksi obat pada pengidap Covid-19 menyebabkan asidosis laktat.

"Sejauh ini saya belum tahu ada obat Covid-19 yang bisa menyebabkan itu," kata Retno, pakar farmasi klinik yang menjabat sebagai Kepala Unit Farmasi dan Central Sterilization Supply Department (CSSD) Rumah Sakit Universitas Indonesia.

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Profesor Yahdiana Harahap, menjelaskan asidosis laktat dapat pula memicu disfungsi organ dalam tubuh. Bisa jadi asidosis laktat terjadi bukan karena produksi laktat, namun akibat gangguan reaksi kimiawi sehingga laktat menumpuk.

Perempuan berhijab yang merupakan pakar bioanalisis tersebut menyampaikan bahwa dari sejumlah kajian belum terbukti ada interaksi obat Covid-19 yang mengakibatkan asidosis laktat. Akan tetapi, beberapa literatur pada 2020 mengungkap sejumlah obat pemicunya.

Sebagai contoh, azitromisin yakni antibiotik yang digunakan untuk pengobatan infeksi telinga tengah, radang tenggorokan, radang paru-paru, dan infeksi usus tertentu. Azitromisin bisa menyebabkan asidosis laktat pada hari ketiga konsumsi.

Artinya, itu terjadi akibat konsumsi obat tunggal, bukan interaksi obat. Perlu diketahui, interaksi obat merupakan kondisi perubahan manfaat atau efek samping obat kala mengonsumsi lebih dari satu obat pada saat bersamaan. Bisa juga karena pemberian obat berbarengan dengan makanan, minuman, suplemen, atau bahan herbal tertentu.

Obat lain yang disebutkan Yahdiana adalah obat antiviral bernama oseltamivir. Pada uji klinis fase empat, ditemukan kasus terjadinya asidosis laktat akibat konsumsi obat tersebut. Begitu juga obat antiperadangan dexamethasone apabila dikonsumsi dengan dosis sangat tinggi.

"Tapi kalau pemberiannya sesuai standar tidak akan memicu. Tidak ada interaksi obat yang menyebabkan asidosis laktat," ujar Kepala Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement