Ahad 25 Jul 2021 20:06 WIB

Harga Dedak Lebih Mahal dari Harga Gabah

Lebih mahal harga pakan ternak daripada harga pakan manusia.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Muhammad Fakhruddin
Harga Dedak Lebih Mahal dari Harga Gabah (ilustrasi).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Harga Dedak Lebih Mahal dari Harga Gabah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,BANYUMAS -- Musim panen padi di wilayah Kabupaten Banyumas dan Cilacap saat ini, tidak menjadi masa yang menggembirakan petani. Meski hasil panen di berbagai daerah tergolong bagus dengan hasil panen cukup melimpah, namun harga gabah justru anjlok sangat dalam.

Bahkan dibanding harga pakan ternak berupa dedak, harga gabah hasil panen lebih rendah.

''Seumur-umur menjadi petani, baru kali ini harga gabah lebih rendah dari harga dedak,'' jelas Subur Waluyo, pengurus Gapoktan Margomulyo Desa Leduk Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas, Ahad (25/7).

Dia menyebutkan, harga dedak atau bahan limbah hasil penggilingan padi yang biasa digunakan untuk pakan ternak, saat ini dihargai paling murah Rp 3400-Rp 3.600 per kg. Sementara harga gabah kering panen (GKP) di pasaran, hanya dihargai Rp 3.200-Rp 3.400 per kg dengan kualitas cukup baik. ''Lebih mahal harga pakan ternak daripada harga pakan manusia,'' jelasnya.

Dia memperkirakan,  rendahnya harga gabah hasil panen petani ini disebabkan hampir semua keluarga saat ini memiliki beras yang berasal dari bantuan pemerintah. ''Semua bantuan yang disalurkan pemerintah, hampir semuanya dalam bentuk bantuan pangan, termasuk beras, sehingga hampir semua warga memiliki stok beras di rumahnya,'' jelasnya.

Subur mengaku di tengah kondisi pandemi seperti saat ini, sebenarnya tidak mempersoalkan program  bantuan pemerintah yang disalurkan dalam bentuk bahan pangan. Hanya yang menjadi masalah, kenapa harga gabah petani terus anjlok. ''Kalau pengadaan bantuan pangannya berasal dari petani, harga gabah mestinya tidak menjadi seanjlok sekarang, karena beras yang dibeli juga dari petani. Tapi yang terjadi sekarang, kenapa harga gabah justru terus merosot?'' katanya.

Bahkan dia menyebutkan, petani di Banyumas saat ini sering kesulitan menjual gabah hasil panennya, meski sudah dijual murah. ''Walaupun harga gabah sudah anjok, pedagang gabah banyak yang menolak membeli gabah petani karena kesulitan menjualnya lagi. Pedagang pasar tidak mau membeli banyak membeli beras, karena orang yang beli beras juga tidak banyak,'' katanya.

Slamet (37), petani di Desa Pegalongan Kecamatan Banyumas, juga mengeluhkan rendahnya harga gabah hasil panen petani. Dia menyebutkan, harga gabah kering panen hanya Rp 3.200-Rp 3.300 per kg, sudah tidak menutupi lagi ongkos untuk merawat tanaman padinya. ''Padahal sekarang masih belum panen raya. Nanti kalau sudah panen raya, anjloknya akan sampai berapa?'' katanya.

Sahroni, pengurus Gapoktan Sumber Makmur Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap, mengakui harga gabah hasil panen saat ini memang anjlok. ''Harga beras di pasar-pasar saat ini saja hanya dihargai Rp 8.000 per kg. Itu untuk beras dengan kualitas yang bagus yang harga normalnya di atas Rp 9.000 per kg. Jadi bisa diperkirakan, berapa anjloknya harga gabah,'' jelasnya.

Meski demikian dia menyebutkan, untuk petani di wilayah Maos dan sekitarnya, saat ini agak tertolong dengan adanya kerjasama Gapoktan Sumber Makmur dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemda DKI Jakarta, PT Food Station Tjipinang Jaya. Melalui kerja sama ini, harga gabah hasil panen petani di wilayahnya masih bisa dihargai cukup tinggi.

''Pemda DKI berani membeli gabah hasil panen petani dengan harga sesuai Harga Pembelian Pemerintah. Namun jumlah pasokannya tidak terlalu banyak, sehingga kami dari Gapoktan tidak bisa membeli hasil panen secara maksimal,'' katanya.

Sesuai ketentuan Permendag 24 th 2020 , HPP (Harga Pembelian Pemerintah) untuk komoditas gabah saat ini, sebenarnya cukup tinggi. HPP GKP ditetapkan sebesar Rp 4.200 per kg. Sedangkan HPP GKG (Gabah Kering Giling) ditetapkan Rp 5.250.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement