Jumat 23 Jul 2021 19:49 WIB

Pemakaman Daring, Prof Mu’ti: Beragama Makin Maju

Terdapat integrasi antara agama dengan ilmu pengetahuan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Pemakaman Daring, Prof Mu’ti: Beragama Makin Maju. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Muti.
Foto: Republika/Prayogi
Pemakaman Daring, Prof Mu’ti: Beragama Makin Maju. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Muti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti mengatakan pandemi Covid-19 telah memunculkan realitas baru yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam kehidupan beragama. Karena, menurut dia, sekarang sudah ada takziyah online (daring), pemakaman daring, dan lain-lain.

“Itu kecenderungan yang menarik yang tidak pernah kita bayangkan bagaimana kemudian sekarang, awalnya kan ada takziyah online, sekarang mulai ada pemakaman online,” ujar Prof Mu’ti dalam webinar PPIM UIN Jakarta dan CONVEY Indonesia bertema Beragama di Masa Pandemi, Jum’at (23/7).

Baca Juga

Beberapa waktu lalu, bahkan Prof Mu’ti sendiri sudah pernah mengikuti pemakaman daring mantan Ketua Muhamamdiyah Pekalongan. Selain itu, dia juga mendapatkan undangan pemakaman daring Prof Huzaemah Tauhido Yanggo yang wafat pada Jumat pagi (23/7).

“Jadi ini sebenarnya realitas baru yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dan itu kemudian memang membuat kita harus bertanya bagaimana dengan takziyah seperti itu, diterima apa tidak, boleh atau tidak,” ucapnya.

Sebelumnya, menurut dia, ada juga kegiatan tahlil daring dan sholat berjamaah daring yang sempat diperdebatkan. Meskipun sholat Jumat daring tersebut awalnya ditentang, tapi sampai saat ini kegiatan ibadah tersebut masih banyak berlangsung dan diterima oleh umat Islam.

Bahkan, menurut Prof Mu’ti, ada salah satu kiai NU yang kenal dekat dengannya sempat mengajak untuk melaksanakan sholat Idul Adha secara daring. “Nah, dengan adanya daring itu menjadi realitas baru di mana justru orang beragama semakin maju, dan kemudian bisa melihat integrasi antara agama dengan ilmu pengetahuan,” katanya.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah ini juga menjelaskan dengan adanya pandemi Covid-19 ini, pemahaman kegamaan umat Islam juga meningkat. “Saya melihat justru sekarang terjadi peningkatan pemahaman keagamaan daripada kecenderungan konservatisme keagamaan. Tapi buktinya nanti bisa dilihat dari riset,” jelasnya.

Misalnya, kata dia, kaidah-kaidah ushul fikih yang dulunya hanya menjadi kajian di komunitas tertentu, justru di tengah pandemi ini bisa menjadi kajian publik juga. Bahkan, menurut dia, sekarang banyak orang yang sudah fashih menyebut beberapa kaidah fikih, seperti La dharara wala dhirara dan Dar'ul mafasid muqaddamu 'ala jalbil masholih.

Secara pribadi, Prof Mu’ti sendiri juga merasa ada peningkatan pemahaman keagamaan di masa pandemi ini. “Sebelum ada takziyah virtual ini misalnya, koleksi ayat saya tentang musibah itu hanya terbatas pada surat al Hadid sama al Baqarah. Tapi kemudian setelah beberapa kali takziyah virtual, itu ternyata saya harus banyak sekali membaca ayat yang itu diluar dugaan saya,” katanya.

Dia mengakui sekarang masih ada kelompok-kelompok yang konservatif dalam beragama. Namun, menurut dia, kecenderungan yang paling banyak itu justru ada pada kelompok yang semakin terbuka dalam pemahaman agama, semakin paham berbagai kaidah fikih, dan semakin menyadari bahwa beragama itu tidak selalu hitam dan putih.

“Kemudian semakin menyadari betapa beragama itu tidak selalu black and white. Jadi, saya kira ini akan menjadi bagian dari tren ke depan dan bisa memperkuat keyakinan bahwa pandemi ini akan membawa umat dan bangsa ini kepada pemikiran yang lebih maju,” jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement