Sabtu 24 Jul 2021 00:47 WIB

Spyware Pegasus Israel, Senjata Global Bungkam Kritik

NSO mampu mengakses data milik 50.000 wartawan, politisi, pejabat, serta aktivis

Red: Nur Aini
Forbidden Stories, yang melakukan investigasi bersama dengan Lab Keamanan Amnesty International, menemukan bahwa ponsel milik politikus, aktivis masyarakat sipil, dan hakim di banyak negara dipantau oleh Pegasus, yang jelas-jelas melanggar undang-undang privasi.
Forbidden Stories, yang melakukan investigasi bersama dengan Lab Keamanan Amnesty International, menemukan bahwa ponsel milik politikus, aktivis masyarakat sipil, dan hakim di banyak negara dipantau oleh Pegasus, yang jelas-jelas melanggar undang-undang privasi.

 

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pada 2 Maret 2017, jurnalis Meksiko Cecilio Pineda berbicara tentang dugaan kolusi antara polisi negara bagian dan pemimpin kartel narkoba dalam siaran langsung via Facebook.

Baca Juga

Dua jam kemudian, dia tewas ditembak setidaknya enam kali oleh dua pria yang mengendarai sepeda motor.

Beberapa pekan berselang, Forbidden Stories – jaringan jurnalis global yang terlibat dalam investigasi – mengonfirmasi bahwa tidak hanya Pineda, tetapi jaksa penuntut yang menyelidiki kasus tersebut, Xavier Olea Pelaez, juga menjadi target perangkat mata-mata Pegasus Israel beberapa bulan sebelum dia dibunuh. Ponsel Pineda yang menghilang dari TKP saat pihak berwenang tiba, juga tidak pernah ditemukan.

Dua minggu setelah kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada Oktober 2018, organisasi hak digital Citizen Lab melaporkan bahwa teman dekat Khashoggi, Omar Abdulaziz, telah menjadi sasaran intaian Pegasus yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi Israel NSO Group Technologies. Laporan terbaru dari Forbidden Stories mengungkapkan bahwa spyware Pegasus berhasil dipasang di ponsel tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz, hanya empat hari setelah pembunuhannya. Secara keseluruhan, ponsel 180 jurnalis di seluruh dunia menjadi target klien NSO Group Technologies.

Cara kerja spyware Pegasus memungkinkan pengawasan jarak jauh terhadap smartphone. Forbidden Stories, yang melakukan investigasi bersama dengan Lab Keamanan Amnesty International, menemukan bahwa ponsel milik politikus, aktivis masyarakat sipil, dan hakim di banyak negara dipantau oleh Pegasus, yang jelas-jelas melanggar undang-undang privasi.

Jaringan jurnalis itu juga mengungkapkan bahwa NSO mampu mengakses data milik 50.000 wartawan, politisi, pejabat, serta aktivis yang dipilih klien NSO untuk pengawasan.

Analisis forensik

Analisis forensik ponsel mereka – yang dilakukan oleh Lab Keamanan Amnesty International dan peer-review oleh organisasi Kanada Citizen Lab – mampu mendeteksi infeksi atau percobaan infeksi oleh spyware NSO Group dalam 85 persen kasus.

“Angka-angka dengan jelas menunjukkan pelanggaran privasi dalam skala besar, menempatkan kehidupan jurnalis, keluarga, dan rekan mereka dalam bahaya, sekaligus mengancam kebebasan pers,” kata Agnes Callamard, sekretaris jenderal Amnesty International.

NSO Group merespons Forbidden Stories dengan mengatakan bahwa pelaporan itu didasarkan pada "asumsi yang salah" dan "teori-teori yang tak berdasar". Perusahaan itu juga menegaskan kembali bahwa mereka bekerja untuk "misi penyelamatan jiwa".

NSO Group menyatakan bahwa teknologinya digunakan secara eksklusif oleh badan intelijen untuk melacak penjahat dan teroris.

Berdasarkan laporan Transparansi dan Tanggung Jawab NSO Group yang dirilis pada Juni tahun ini, perusahaan itu memiliki 60 klien di 40 negara di seluruh dunia.

"Pegasus bukanlah teknologi pengawasan massal dan hanya mengumpulkan data dari perangkat seluler individu tertentu yang diduga terlibat dalam kejahatan serius dan teror,” tulis NSO Group dalam laporannya.

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/spyware-pegasus-israel-senjata-global-untuk-membungkam-kritik/2311522
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement