Kamis 22 Jul 2021 18:16 WIB

Jutaan Anak Jadi Yatim Piatu Akibat Covid-19

Lebih dari 1 juta anak di seluruh dunia yang kehilangan orang tua karena Covid-19.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Qommarria Rostanti
Jutaan anak jadi yatim piatu akibat Covid-19 (ilustrasi).
Foto: Public Domain Pictures
Jutaan anak jadi yatim piatu akibat Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 memakan korban jutaan jiwa di seluruh dunia. Anak-anak juga menanggung akibat dari merebaknya virus. Mereka menjadi yatim dan piatu karena kehilangan orang tua mereka karena terinfeksi virus. 

Menurut penelitian dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS), setidaknya ada lebih dari satu juta anak di seluruh dunia telah kehilangan orang tua karena Covid-19. Secara perinci, ada total 1,5 juta anak telah kehilangan salah satu orang tua. Mereka pun terpaksa harus dirawat oleh kakek-nenek atau kerabat lain yang bertanggung jawab.

"Covid-19 telah menciptakan krisis mendesak yang mempengaruhi anak-anak di hampir setiap negara. Untuk setiap dua kematian Covid-19, satu anak menghadapi kematian orang tua atau pengasuhnya," kata salah satu peneliti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS untuk Tim Tanggap Covid-19, yang mengerjakan penelitian tersebut, dr Susan Hillis, dilansir di CNN, Kamis (22/7).

Tim peneliti terdiri atas peneliti dari CDC, USAID, Bank Dunia, University College London, dan pihak-pihak lainnya. Mereka menghitung kematian di 21 negara yang menyumbang lebih dari 76 persen dari semua kasus Covid-19. 

Mereka menggunakan metode yang dikembangkan dan divalidasi bertahun-tahun yang lalu yang ditujukan untuk memperkirakan jumlah anak secara global yang akan menjadi yatim piatu karena AIDS. Metode itu dikembangkan lagi untuk memperkirakan jumlah anak yatim dan piatu akibat Covid-19.

"Secara global, mulai 1 Maret 2020 hingga 30 April 2021, kami memperkirakan 1.134.000 anak mengalami kematian pengasuh utama, termasuk setidaknya satu orang tua atau kakek-nenek kustodian. Ada 1.562.000 anak mengalami kematian setidaknya satu pengasuh primer atau sekunder," tulis mereka dalam laporan yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet Plus. 

Anak-anak yang kehilangan orang tua atau pengasuh tidak hanya langsung stres. Menurut para peneliti, mereka juga lebih mungkin menderita penyakit, dianiaya, dan menderita kemiskinan. 

Hilis mengatakan, meninggalnya orang tua yang dialami oleh anak memiliki konsekuensi yang sangat parah. Konsekuensi ini adalah dari semua kesulitan ini seringkali seumur hidup. 

"Anak-anak yang kehilangan pengasuh utama memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan mental; kekerasan fisik, emosional, dan seksual; dan kemiskinan keluarga. Pengalaman buruk ini meningkatkan risiko bunuh diri, kehamilan remaja, penyakit menular termasuk HIV/AIDS, dan penyakit kronis," jelas dia. 

Kakek-nenek memiliki peranan yang lebih penting daripada yang mungkin terlihat. Menurut para peneliti, di AS sendiri, sebanyak 40 persen kakek-nenek yang tinggal bersama cucu berperan sebagai pengasuh utama mereka. Sementara di Inggris, 40 persen kakek-nenek memberikan perawatan rutin untuk cucu. 

Kehilangan kakek-nenek bisa lebih dari sekadar mengecewakan. "Kematian kakek-nenek juga dapat mengurangi dukungan psikososial, praktis, dan/atau finansial untuk cucu mereka. Jenis kerentanan ini sering menempatkan anak-anak yang membutuhkan perawatan alternatif atau tambahan, seperti kekerabatan atau asuh,” jelas para peneliti. 

Mereka menjelaskan, sebanyak 1,5 juta anak-anak ini adalah konsekuensi tragis yang diabaikan dari lebih dari tiga juta kematian terkait Covid-19 pada 30 April 2021. Kematian anak yatim piatu dan pengasuh adalah pandemi tersembunyi yang dihasilkan dari kematian terkait Covid-19.

Kita semua tak bisa membiarkan hal itu terus terjadi. Para peneliti merekomendasikan untuk menggencarkan vaksin Covid-19 kepada semua orang secepat mungkin. Bantu mencegah infeksi dengan cara lain termasuk penggunaan masker dan menjaga jarak.

Penelitian itu juga merekomendasikan masyarakat perlu membantu keluarga yang terkena dampak pandemi, termasuk dukungan ekonomi, pendidikan, dan kesehatan mental. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement