Kamis 22 Jul 2021 17:01 WIB

Religiusitas Masyarakat Meningat di Masa Pandemi

Religiusitas Masyarakat Meningat di Masa Pandemi

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Religiusitas Masyarakat Meningat di Masa Pandemi. Foto:  Ilustrasi Umat Menghadapi Jilid Dua Covid-19
Foto: Republika/Thoudy Badai
Religiusitas Masyarakat Meningat di Masa Pandemi. Foto: Ilustrasi Umat Menghadapi Jilid Dua Covid-19

IHRAM.CO.ID,JAKARTA—Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama melalukan survei tentang Urgensi Layanan Keagamaan di Masa Pandemi. Salah satu temuannya adalah adanya kenaikan tingkat religiusitas masyarakat di masa pandemi.

Cendikiawan Muslim Komaruddin Hidayat mengatakan, indikator yang menyebabkan kenaikan tingkat spiritualitas masyarakat di masa pandemi adalah karena semakin giatnya orang-orang untuk berdoa kepada Tuhan, khususnya untuk memohon keselamatan dan kesehatan. 

Baca Juga

Selain itu, meski didera krisis ekonomi, tingkat solidaritas dan sosial masyarakat Indonesia masih tinggi, bahkan dianugerahi predikat sebagai negara paling dermawan di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa warga Indonesia memiliki semangat tolong-menolong yang tinggi untuk membantu mereka yang terimbas langsung dampak pandemi, ujar Mantan Rektor UIN Jakarta itu. 

Semakin banyaknya waktu di rumah, merujuk pada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, membuat banyak orang memiliki waktu lebih untuk mengikuti forum pengajian virtual maupun menonton video ceramah dan siraman rohani, yang berujung pada bertambahnya keimanan masyarakat, ujarnya. 

 

“Untuk menjaga agar religiusitas masyarakat tetap tinggi adalah memanifestasikannya dalam karya-karya produktif dan akhlak mulia untuk memajukan bangsa dan umat,” tuturnya kepada Republika, Kamis (22/7).

“Iman itu sudah sepatutnya mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan amal saleh, kerja produktif yang dirasakan masyarakat,” sambungnya. 

Melalui survei secara virtual yang melibatkan 1.550 responden yang merupakan pasien Covid-19, penyintas, dan masyarakat di 34 provinsi, Kemenag menemukan bahwa mayoritas responden, mencapai 81 persen, merasa semakin relijius (taat beragama) sejak mereka mengalami/menjalani pandemi Covid-19. 

Kepala Balitbangdiklat Kemenag, Achmad Gunaryo mengatakan, sebanyak 97 persen responden juga merasa keyakinan/keberagamaan secara psikologis membantu dalam menghadapi Pandemi Covid-19 dan dampaknya. Menurut teori, dalam situasi krisis, seperti pandemi Covid-19 ini, ketika orang mengalami ketakutan, penderitaan, atau penyakit, maka mereka cenderung mengalami pembaruan spiritual, papar Gunaryo.

Survei yang dilakukan pada 8-17 Maret 2021 ini menggunakan Metode Accidental sampling (non-probabilitas), temuan hanya berlaku bagi responden. Selanjutnya dilakukan pengumpulan informasi kualitatif, dengan mewawancara per telepon 20 informan terpilih. Secara rinci, meminjam teori dan instrumen FICA Spiritual History Tool yang dikembangkan Puchalski (1996), sejumlah temuan atas pertanyaan dalam survei ini adalah sebagai berikut:

- Kebanyakan responden sangat setuju dan setuju (55,1 persen), merasa Covid memengaruhi keyakinan/praktik keberagamaan.

- Sebanyak 61.6 persen responden merasa bahwa pandemi Covid yang berlangsung lama mendorong mereka menemukan makna hidup.

- Mayoritas responden (81 persen) merasa semakin relijius (taat beragama) sejak mengalami/menjalani pandemi Covid-19.

- Mayoritas responden (97 persen) merasa keyakinan/keberagamaan mereka membantu (secara psikologis) mereka menghadapi Covid dan dampaknya.

- Sebanyak 86,7 persen responden berupaya terhubung dengan (mencari support dari) pemuka agama dan komunitas agama mereka.

- Selama menjalani pandemi, mayoritas responden (89,4 persen) merasa mendapat dukungan mental-spiritual (ada support system) dari pemuka agama dan komunitas agamanya.

- Saat isolasi/menyendiri, ragam aktivitas dilakukan. Sebanyak 56,3 persen mendengar/membaca kitab suci, 47,2 persen mendengar ceramah, dan 42,8 persen dzikir/meditasi. Sedikit sekali yang konsultasi-psikologis khusus. Hanya 22,1 persen responden yang mengaku pernah mendapat konseling psikologis-keagamaan, selama menjalani pandemi ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement