Kamis 22 Jul 2021 09:53 WIB

Palang Merah: Afghanistan Negara Paling Mematikan Bagi Sipil

Hampir setengah korban sipil di Afghanistan adalah perempuan dan anak

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Pasukan Taliban bersiap untuk melakukan pertempuran di distrik Ghorband di provinsi Parwan, Afghanistan.
Foto: Al Jazeera.com
Pasukan Taliban bersiap untuk melakukan pertempuran di distrik Ghorband di provinsi Parwan, Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan Afghanistan tetap menjadi salah satu tempat paling mematikan bagi warga sipil di dunia, Rabu (21/7). Negara itu sedang menghadapi meningkatnya kekerasan usai penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dan sekutu serta meluasnya serangan Taliban.

Organisasi kemanusiaan yang berbasis di Jenewa itu mengatakan telah menerima dan merawat hingga 49.500 warga sipil yang terluka perang di seluruh Afghanistan dalam enam bulan pertama tahun ini saja. "Itu adalah rata-rata 270 orang setiap hari yang membutuhkan perawatan untuk cedera yang seringkali sangat serius dan menyakitkan yang mengubah hidup," kata ICRC.

Baca Juga

Menurut ICRC, perempuan dan anak-anak merupakan hampir setengah dari semua korban sipil di Afghanistan. Kepala ICRC di Afghanistan, Eloi Fillion, mengimbau pihak-pihak yang berkonflik untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipil. "Lebih dari empat dekade konflik bersenjata di Afghanistan telah menghancurkan sistem perawatan kesehatannya," katanya dikutip dari Anadolu Agency.

Terlebih lagi masyarakat menghadapi kebangkitan mematikan Covid-19 yang paralel dengan memburuknya kekerasan dalam beberapa bulan terakhir. "Dengan Covid-19 menambah ancaman mematikan lainnya, akses ke perawatan kesehatan adalah salah satu kebutuhan kemanusiaan yang paling mendesak di mana pun di negara ini, terlepas dari afiliasi politiknya," ujar Fillion.

Sejak pengumuman rencana penarikan AS pada Mei, Taliban mengklaim telah merebut lebih dari 150 distrik di Afghanistan. Sementara, pasukan Afghanistan mengatakan mereka membunuh hingga 200 milisi setiap hari. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement