Rabu 21 Jul 2021 15:15 WIB

Bagaimana Bersikap Moderat Hadapi Pandemi Covid-19? 

Islam ajarkan jalani hidup pertengahan termasuk dalam pademi Covid-19

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Islam ajarkan jalani hidup pertengahan termasuk dalam pademi Covid-19. Ilustrasi sholat saat pandemi Covid-19
Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Islam ajarkan jalani hidup pertengahan termasuk dalam pademi Covid-19. Ilustrasi sholat saat pandemi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di masa pandemi Covid-19, umat diminta untuk bersikap pertengahan, sebagaimana yang dituntukan Rasulullah SAW.  

Hal ini disampaikan pengasuh Pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember, Ustadz Abdullah Zaen Lc,MA. 

Baca Juga

"Sebagai umat Nabi termulia Muhammad ﷺ tentu umat Islam dikaruniai Allah banyak keistimewaan yang tidak diberikan pada umat-umat sebelum mereka. Di antara keistimewaan tersebut adalah dijadikannya mereka sebagai umat pertengahan. Tidak ekstrem kanan dan tidak pula ekstrem kiri," kata ustadz lulusan S2 jurusan Aqidah, Universitas Islam Madinah ini.  Allah Ta'ala berfirman: 

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا "Begitulah Kami menjadikan kalian sebagai umat pertengahan" (QS Al Baqarah ayat 143). 

Umat Islam memiliki prinsip pertengahan dalam akidah, ibadah, akhlak, dan seluruh aspek kehidupan. Termasuk dalam menyikapi pandemi.

Dia menjelaskan dalam menyikapi pandemi ini, kita menyaksikan adanya dua kubu yang bertolak belakang. Ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Ekstrem kanan adalah golongan yang terlalu berlebihan dalam bersikap. Sedangkan ekstrem kiri adalah golongan yang bersikap meremehkan dan menyepelekan.

Ustadz mengatakan, kaum ekstrem kanan tenggelam dalam kecemasan dan kekhawatiran yang tidak wajar. Hingga taraf mengalami gangguan paranoid atau takut berlebihan. Hal ini dipicu dari terlalu sibuk siang dan malam memperbarui berita yang mengerikan tentang parahnya lonjakan penularan virus.

Sekadar mengetahui secara global kondisi terkini level pandemi tentu penting untuk meningkatkan kewaspadaan. Namun tidak boleh berlebihan. Hingga tidak sempat membaca Alquran dan berdzikir. Bahkan saat sholat pun yang dipikirkan adalah situasi terkini pandemi. 

"Padahal ketenangan hati dan ketentraman jiwa di masa genting seperti ini sangat diperlukan untuk meningkatkan imunitas tubuh," kata ustadz. 

Sementara golongan ekstrem kiri adalah mereka yang bersikap meremehkan pandemi. Sikap menyepelekan itu bertingkat-tingkat. Ada yang sama sekali tidak percaya adanya Covid-19.

Ada yang percaya, namun menganggap bahwa itu penyakit ringan biasa. Adapula yang percaya Covid-19 itu berbahaya, namun malas menerapkan protokol kesehatan. Tidak peduli bahwa sikap cueknya itu bisa membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. 

Keberadaan golongan ini memiliki andil yang cukup besar untuk memicu drastisnya peningkatan kasus positif Covid-19 di dunia belakangan ini. 

"Yang benar adalah bersikap pertengahan. Yaitu mengambil sikap waspada tanpa ketakutan yang berlebih,” ujar dia.

Dia menjelaskan, jalankan protokol ketat kesehatan, setelah mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Dengan cara bertaubat nasuha, menjaga sholat lima waktu, merutinkan dzikir pagi dan petang, memperbanyak istighfar, serta konsisten membaca Alquran setiap hari minimal satu juz.  

Ustadz mengungkapkan, jika sudah maksimal dalam bertawakal dan berikhtiar pencegahan, lalu ditakdirkan tertular, maka tetap mengedepankan optimisme bahwa Allah Mahakuasa untuk menyembuhkan. Bila ternyata berakhir dengan kematian, maka semoga meraih pahala syahid. 

"Sungguh kematian adalah sebuah keniscayaan. Yang selamat dari Covid-19 pun akan meninggal dengan sebab lainnya. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa wafat dalam keadaan husnul khatimah, bukan su’ul khatimah," kata Ustadz Abdullah.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement