Rabu 21 Jul 2021 13:48 WIB

Gagal Tangani Covid-19, Menteri Kesehatan Tunisia Dipecat

Pemecatan dilakukan ditengah meningkatnya kasus virus corona di Tunisia

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Habib Bourguiba, kota Tunis, Tunisia tampak kosong saat pemberlakuan karantina wilayah untuk mencegah penyebaran Covid-19 pad 9 Mei 2021. Pemerintah menolak memberlakukan total lockdown karena faktor ekonomi. Kini, sistem kesehatannya ambruk oleh lonjakan kasus Covid-19.
Foto: EPA
Habib Bourguiba, kota Tunis, Tunisia tampak kosong saat pemberlakuan karantina wilayah untuk mencegah penyebaran Covid-19 pad 9 Mei 2021. Pemerintah menolak memberlakukan total lockdown karena faktor ekonomi. Kini, sistem kesehatannya ambruk oleh lonjakan kasus Covid-19.

IHRAM.CO.ID, TUNIS -- Perdana Menteri Tunisia, Hichem Mechichi memecat Menteri Kesehatan Tunisia, Faouzi Mehdi pada Selasa (20/7). Menurut kantor Mechichi, pemecatan dilakukan ditengah meningkatnya kasus virus corona di negara Afrika Utara itu.

Kementerian mengatakan awal bulan ini bahwa sistem kesehatan Tunisia telah runtuh di bawah beban pandemi, yang telah menyebabkan lebih dari 17 ribu kematian dalam populasi sekitar 12 juta. Kantor Mechichi mengumumkan pemecatan Mehdi dalam sebuah pernyataan singkat, tanpa memberikan alasan terinci. Dilansir dari Alarabiya, Rabu (21/7), Menteri Sosial Mohamed Trabelsi akan mengepalai kementerian dalam kapasitas sementara.

Mehdi telah memprakarsai pembukaan sementara stasiun vaksinasi untuk semua warga Tunisia berusia di atas 18 tahun, yang menyebabkan terjadinya penyerbuan. Kementerian akhirnya membatasi akses ke vaksinasi bagi mereka yang berusia di atas 40 tahun pada Rabu untuk menghindari kerumunan.

Pemecatan Mehdi adalah contoh lain dari ketidakstabilan dalam pemerintahan Tunisia. Beberapa menteri telah mengundurkan diri karena ketegangan dengan parlemen dan kepresidenan.

Pada Ahad, Tunisia melaporkan 117 kematian akibat virus corona baru dan 2.520 kasus baru, sehingga total kasus yang tercatat menjadi lebih dari setengah juta. Juru bicara kementerian kesehatan, Nissaf Ben Alya mengatakan pada 8 Juli situasi kesehatan adalah bencana. Ia juga mengatakan kepada stasiun radio lokal bahwa sistem kesehatan telah runtuh. Beberapa jenazah korban Covid telah dibiarkan terbaring di kamar bersebelahan dengan pasien lain hingga 24 jam, karena tidak cukupnya staf untuk mengatur pemindahan mereka ke kamar mayat yang terlalu luas.

Halaman Facebook Kementerian Kesehatan mengatakan rumah sakit lapangan khusus yang didirikan dalam beberapa bulan terakhir tidak lagi cukup. Menyusul pengumuman Ben Alya, pemerintah negara tetangga Libya yang dilanda perang mengatakan telah memutuskan untuk menutup perbatasan bersama mereka dan menangguhkan hubungan udara dengan Tunisia selama seminggu.

Negara-negara dari negara-negara Teluk hingga bekas kekuasaan kolonial Prancis dan bahkan Mauritania yang kekurangan uang telah mengirimkan bantuan medis. Sejak 20 Juni, pihak berwenang telah memberlakukan penguncian total di enam wilayah dan penguncian sebagian di ibu kota.

Tunisia telah hidup melalui satu dekade ketidakstabilan politik dan krisis ekonomi sejak revolusi 2011 mereka yang menggulingkan diktator Zine El Abidine Ben Ali, meninggalkan layanan publik yang vital runtuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement