Rabu 21 Jul 2021 13:22 WIB

Haiti Tunjuk Perdana Menteri Baru Usai Presiden Dibunuh

Presiden Haiti Jovenel Moise dibunuh di kediamannya oleh pembunuh bayaran

Red: Nur Aini
Presiden Sementara Claude Joseph berbicara dalam konferensi pers di kediamannya di Port-au-Prince, Haiti, Kamis, 8 Juli 2021. Joseph, yang mengambil alih kepemimpinan Haiti dengan dukungan polisi dan militer setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise , meminta orang untuk membuka kembali bisnis dan kembali bekerja dan memerintahkan pembukaan kembali bandara internasional.
Foto: AP/Joseph Odelyn
Presiden Sementara Claude Joseph berbicara dalam konferensi pers di kediamannya di Port-au-Prince, Haiti, Kamis, 8 Juli 2021. Joseph, yang mengambil alih kepemimpinan Haiti dengan dukungan polisi dan militer setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise , meminta orang untuk membuka kembali bisnis dan kembali bekerja dan memerintahkan pembukaan kembali bandara internasional.

REPUBLIKA.CO.ID, PORT AU PRINCE -- Pemerintah Haiti secara resmi menunjuk Ariel Henry sebagai perdana menteri baru pada Selasa (20/7) waktu setempat. Haiti mengalami pemerintahan yang tak menentu setelah terbunuhnya Presiden Jovenel Moise dua pekan lalu.

Henry kini berperan sebagai pemimpin de facto negara termiskin di Belahan Barat. Dia memulai pidato upacara di ibu kota Port Au Prince yang diawali dengan mengheningkan cipta untuk presiden Moise.

Baca Juga

Selama beberapa tahun, Haiti menghadapi pelanggaran hukum yang dipicu oleh geng-geng kekerasan. Henry mengatakan dia ingin menciptakan kondisi bagi sebanyak mungkin orang untuk memilih dalam pemilihan, yang dijadwalkan pada September.

"Sudah waktunya untuk persatuan dan stabilitas," kata Henry. Dia menyerukan dukungan internasional yang berkelanjutan untuk pemerintah yang telah menerima miliaran bantuan sejak gempa bumi dahsyat pada 2010.

Mantan Perdana Menteri Claude Joseph mengatakan, penunjukan Henry dimaksudkan untuk memfasilitasi pemilihan umum negara. Pemilu di negara tersebut terakhir diselenggarakan pada 2016. Joseph pun memperingatkan tugas berat ke depan.

"Anda mewarisi situasi luar biasa yang ditandai dengan tidak adanya seorang presiden yang menjadi tameng Anda, krisis politik yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah negara, ketidakamanan yang berderap, situasi ekonomi yang muram dan genting," kata Joseph.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement