Senin 19 Jul 2021 19:05 WIB

Muhammadiyah Minta Relawannya Jadi Pionir Solusi Kemanusiaan

Muhammadiyah menegaskan teologi Surat Al Maun untuk kemanusiaan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nashih Nashrullah
Muhammadiyah menegaskan teologi Surat Al Maun untuk kemanusiaan. Logo Muhammadiyah.
Foto: Antara
Muhammadiyah menegaskan teologi Surat Al Maun untuk kemanusiaan. Logo Muhammadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agus Taufiqurrahman, mengatakan Muhammadiyah hadir lewat semangat menolong kesengsaraan umum. Maka itu, tidak bisa dipisahkan dari peduli orang-orang yang butuh pertolongan. 

Surat Al Maun jadi ajaran KH Ahmad Dahlan yang berulang kali disampaikan kepada muridnya. Dengan Teologi Al Maun, Kiai Dahlan menginginkan santrinya ketika sudah mengkaji Alquran, maka terus dipraktikkan dalam kehidupan nyata. 

Baca Juga

"Ketika yang diajarkan Al Maun, melahirkan gerakan Muhammadiyah peduli kepada permasalahan umat," kata Agus dalam Pengajian Menjelang Idul Adha yang digelar Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) secara daring, Senin (19/7).

Ketua MDMC PP Muhammadiyah, Budi Setiawan, menuturkan  pandemi jadi tugas baru dari relawan Muhammadiyah di berbagai tempat. Sejak awal, Muhammadiyah telah mencanangkan menjadi bagian dari yang terus berikhtiar menghadapi pandemi. 

Budi turut memaparkan kisah Nabi Ibrahim AS yang menjadi dasar pelaksanaan penyembelihan hewan kurban dalam Idul Adha bagi umat Islam. Tentu, dengan berbagai hikmah yang bisa diambil relawan-relawan Muhammadiyah itu sendiri.

Kisah itu terkait kepeloporan dalam tugas-tugas kemanusiaan. Ibrahim AS lahir dalam suasana penuh kesyirikan, tapi ketika memahami AllAh yang mempunyai sifat tauhid dan harus disembah, berani menunjukkan itu ke ayahnya yang ahli syirik.  

"Selalu ada ujian dulu sebelum mendapat pertolongan, ini harus dicamkan. MDMC dan MCCC yang selalu hadapi persoalan-persoalan di lapangan, jangan berputus asa sebagaimana ditunjukkan Ibrahim, Hajar maupun Ismail," ujar Budi.

Ujian terberat Nabi Ibrahim ketika mendapat perintah untuk menyembelih Ismail. Logika akal manusia manapun tidak akan bisa menerima, tapi Ibrahim dan Ismail menggunakan logika iman yang identik dengan logika keikhlasan.

"Sehingga, setiap relawan MDMC akan menunjukkan keikhlasan dalam setiap kegiatan kemanusiaan," kata Budi.

Dari dialog Ibrahim dan Ismail saat perintah menyembelih turun dari Allah SWT, bagi Budi, bisa ditarik pelajaran berharga. Penting bagi relawan MDMC dan MCCC, meningkatkan kapasitas dan kemampuan berdialog kepada masyarakat secara ilmiah.

Budi menekankan, relawan-relawan Muhammadiyah harus mampu memberikan apa yang dibutuhkan masyarakat. Terakhir, Budi berpesan, agar seluruh relawan-relawan Muhammadiyah agar memiliki kemampuan mengorganisasi masyarakat dengan dialog.

"Jangan sampai kita hanya menolong lalu pergi, tapi datang membantu, mendidik sampai mereka bisa menolong diri mereka sendiri," ujar Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement