Ahad 18 Jul 2021 14:44 WIB

Iran Tuduh AS dan Inggris Ingin Kembali Bertukar Tahanan

Iran dan AS telah melakukan pertukaran tahanan dua kali di masa lalu.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Bendera Iran  (ilustrasi)
Foto: politico.ie
Bendera Iran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Negosiator nuklir utama Iran Abbas Araghchi menuduh Amerika Serikat (AS) dan Inggris mengadakan pembicaraan pertukaran sandera yang menjadi tahanan. Langkah itu setelah Iran menyatakan pembicaraan nuklir harus ditunda sampai pemerintahan baru mulai menjabat.

"AS dan Inggris perlu memahami hal ini dan berhenti menghubungkan pertukaran kemanusiaan siap untuk dilaksanakan dengan JCPOA," ujar Araghchi dalam akun Twitter merujuk pada Rencana Aksi Komprehensif Bersama.

Baca Juga

Wakil Menteri Luar Negeri ini mengatakan Iran sedang mempersiapkan pengalihan kekuasaan ke pemerintahan baru Ebrahim Raisi pada awal Agustus. Kondisi itu membuat pembicaraan selama berbulan-bulan di Wina untuk memulihkan kesepakatan nuklir negara pada 2015 dengan kekuatan dunia harus menunggu.

"Menjaga sandera pertukaran seperti itu untuk sedekah politik tidak menghasilkan apa-apa,” kata Araghchi dikutip dari Aljazirah.

Araghchi menambahkan bahwa 10 tahanan di semua pihak dapat dibebaskan besok jika pihak lain melakukan bagian mereka. Sedangkan Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan komentar itu adalah upaya keterlaluan untuk mengalihkan kesalahan dari kebuntuan.

"Kami siap untuk kembali ke Wina untuk menyelesaikan pekerjaan dalam pengembalian bersama ke JCPOA setelah Iran membuat keputusan yang diperlukan," kata Price.

"Sehubungan dengan komentar terhadap orang Amerika yang secara tidak adil ditahan oleh Iran di luar kehendak mereka, kami melihat upaya kejam lainnya untuk meningkatkan harapan keluarga mereka…Belum ada kesepakatan yang disepakati,” kata Price.

Iran dan AS selama berbulan-bulan terlibat dalam pembicaraan tidak langsung yang difasilitasi oleh Swiss. Pembicaraan itu untuk menyelesaikan pertukaran tahanan. Kedua belah pihak mengatakan pekan lalu pembicaraan telah berkembang.

Kedua negara telah melakukan pertukaran tahanan dua kali di masa lalu. Sekali pada Januari 2016 ketika kesepakatan nuklir dilaksanakan dan sekali pada Desember 2019. Seperti pembicaraan nuklir, tampaknya sekarang pertukaran tahanan juga ditunda sampai Raisi yang ultrakonservatif mengambil alih jabatan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement