Sabtu 17 Jul 2021 08:34 WIB

Banjir Berita Palsu Selama Unjuk Rasa Kuba

Berita palsu menyebar dengan cepat di Kuba.

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
 Banjir Berita Palsu Selama Unjuk Rasa Kuba. Foto: Berita-berita hoaks (ilustrasi)
Foto: Republika
Banjir Berita Palsu Selama Unjuk Rasa Kuba. Foto: Berita-berita hoaks (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA--Berita palsu menyebar dengan cepat usai unjuk rasa yang tak pernah terjadi di Kuba. Salah satunya Raul Castro melarikan diri ke Venezuela, pengunjuk rasa culik ketua Partai Komunis dan Caracas mengirimkan pasukan.

Pemerintah Kuba mengatakan berita-berita palsu disebarkan para kontra-revolusioner sementara kritikus mengatakan mungkin pemerintah sendiri yang menyebarkannya. Tidak ada klaim yang berhasil dibuktikan dan hingga kini belum diketahui asal dari berita-berita palsu tersebut.

Baca Juga

Pemerintah Kuba mengatakan berita-berita palsu yang tersebar di media sosial dan aplikasi kirim pesan itu bagian dari upaya para kontra-revolusioner yang didukung Amerika Serikat (AS) untuk memicu destabilisasi di Kuba.

"Sebuah fitnah, sebuah kebohongan, cara mereka menggunakan media sosial beracun dan mengalienasi," kata Presiden Miguel Diaz-Canel dalam mengekspos sejumlah berita palsu di sebuah rapat yang disiarkan televisi, Rabu (14/7) lalu.

"Ini ekspresi dari terorisme media," tambahnya.

Kritikus pemerintah mengatakan kemungkinan pihak berwenang yang membuat berita-berita untuk memburamkan perairan daring dengan berita palsu dan menabur kebingungan. Sehingga tidak ada lagi yang mempercayai berita kerusuhan di masa depan.

"Seringkali pihak keamanan negara meluncurkan rumor-rumor semacam ini untuk kemudian mereka mengatakan itu kampanye langsung dari pihak asing untuk memanipulasi rakyat Kuba sehingga rakyat berhenti mempercayai informasi di luar kendali pemerintah," tulis pakar komunikasi yang berbasis di Meksiko, Jose Raul Gallego, Jumat (17/7).

Baik pemerintah maupun kritikusnya yang paling terkenal meminta masyarakat Kuba tidak membagikan informasi yang belum terverifikasi. Sejumlah berita diperkuat orang-orang Kuba di luar negeri yang mendukung unjuk rasa.

Penyebaran video dan konten palsu di media sosial sudah menjadi hal biasanya dalam unjuk rasa di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir, termasuk di Chili, Bolivia, Amerika Serikat dan Prancis.

Ahad (11/7) lalu ribuan orang turun ke jalan untuk memprotes pemadaman listrik massal, lonjakan kasus infeksi Covid-19, kelangkaan kebutuhan dasar dan sistem satu partai. Unjuk rasa terbesar di Kuba selama puluhan tahun itu mereda pekan ini setelah pemerintah mengerahkan pasukan keamanan dan pendukungnya.

Di awal-awal unjuk rasa muncul laporan penurunan akses internet, media sosial dan aplikasi kirim pesan. Internet kembali normal pada Jumat (16/7) kemarin.

Internet telepon genggam baru diperkenalkan dua tahun yang lalu. Maraknya media sosial dan media independen menjadi salah satu faktor utama unjuk rasa. Internet menjadi alat masyarakat Kuba membagikan dan menyuarakan rasa frustasi mereka dan membuat pernyataan menyebar dengan cepat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement