Jumat 16 Jul 2021 12:58 WIB

Jamaah Sholat Jumat Diingatkan Selalu Jaga Prokes

Menjaga protokol kesehatan merupakan ikhtiar menjaga keselamatan jiwa manusia.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Jamaah Sholat Jumat Diingatkan Selalu Jaga Prokes. Jamaah berjalan meninggalkan masjid usai membaca pengumuman terkait peniadaan sholat Jumat di Masjid Cut Meutia, Jakarta, Jumat (25/6). Masjid Cut Meutia meniadakan sholat Jumat berjamaah sesuai dengan himbauan MUI, DMI dan Pemprov DKI Jakarta seiring dengan meningkatnya penyebaran kasus Covid-19 akhir-akhir ini.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Jamaah Sholat Jumat Diingatkan Selalu Jaga Prokes. Jamaah berjalan meninggalkan masjid usai membaca pengumuman terkait peniadaan sholat Jumat di Masjid Cut Meutia, Jakarta, Jumat (25/6). Masjid Cut Meutia meniadakan sholat Jumat berjamaah sesuai dengan himbauan MUI, DMI dan Pemprov DKI Jakarta seiring dengan meningkatnya penyebaran kasus Covid-19 akhir-akhir ini.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Doktor dalam bidang Tafsir dan ilmu-ilmu Alquran dari Universitas Al-Azhar Muchlis M Hanafi mengingatkan untuk selalu menjaga protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19.

Muchlis mengatakan, masyarakat dunia saat ini masih dibayang-bayangi oleh pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari 1,5 tahun. Alih-alih menurun, pandemi virus corona di sejumlah negara di dunia menunjukkan peningkatan signifikan.

Baca Juga

Hal ini menunjukkan bahwa pandemi belum berakhir. Kasus-kasus harian di banyak negara mengalami lonjakan. 

Melansir Worldometers, Kamis (15/7), virus corona telah menginfeksi 189.130.509 orang di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, 172.772.365 orang sembuh, dan 4.073.935 orang meninggal dunia akibat Covid-19. 

"Satu hal yang mengingatkan kita agar terus meningkatkan kehati-hatian dan kewaspadaan dengan selalu menjaga protokol kesehatan," ujar Muchlis kepada jamaah sholat Jumat di Masjid Pesantren Attaqwa Bekasi, Jumat (16/7).

Dia menjelaskan angka empat juta orang yang meninggal karena pandemi Covid-19 sampai saat ini memang belum seberapa bila dibanding dengan pandemi yang pernah terjadi di awal abad ke-20. Pada kurun waktu 1918-1920, di tengah berkecamuknya perang dunia, flu Spanyol menyebar luas ke segala penjuru dunia. 

"Penularannya juga sangat cepat dan mematikan seperti Covid-19," ucapnya. 

Sebuah penelitian, menurut dia, telah menjelaskan flu Spanyol memakan sekitar 20-100 juta korban jiwa di seluruh dunia. Melebihi korban tewas akibat perang dunia I.

Penelitian terbaru dari Prof. Siddarth Chandra, seorang direktur di Michigan State University juga menjelaskan di daerah Jawa dan Madura kurang lebih ada 4,37 juta korban jiwa dari jumlah penduduk sekitar 60 juta orang. Sumber Wikipedia menyebutkan penyakit ini menginfeksi 500 juta orang, atau sekitar sepertiga populasi dunia saat itu.

"Ini hanya sekadar angka-angka perbandingan. Paling tidak agar kita tetap selalu bersyukur kepada Allah SWT. Tetapi, persoalannya bukan pada angka-angka kematian atau yang terinfeksi. Ini adalah nyawa manusia yang sangat dimuliakan oleh Allah. Sampai-sampai sekian banyak tuntunan agama diarahkan untuk menjaga keselamatan jiwa manusia (hifzh al-nafs)," jelasnya. 

"Segala yang mengancam keselamatan jiwa manusia ditutup rapat-rapat. Nabi berpesan, la dharara wala dhirar. Hindari melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri dan tindakan membahayakan orang lain," imbuhnya. 

Secara pribadi, menurut dia, masyarakat boleh saja tidak percaya Covid-19 dan merasa tidak perlu vaksinasi sebagai ikhtiar melindungi diri. Tetapi, kata dia, ketika berada di sebuah lingkungan, berinteraksi dengan orang lain di jalan atau tempat lainnya, maka masyarakat wajib saling menjaga. 

"Kita berkewajiban saling menjaga dan melindungi dengan ikhitar maksimal agar tidak saling menularkan. Maka, menaati protokol kesehatan menjadi kewajiban agama (faridhah diniyyah) sekaligus tuntutan kemanusiaan (dharurah insaniyyah)," kata Muchlis.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement