Jumat 16 Jul 2021 06:26 WIB

Mengapa Surat An Nisa Dinamakan dengan Perempuan?   

Surat An Nisa surat yang membahas interaksi dengan perempuan

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Surat An Nisa surat yang membahas interaksi dengan perempuan. Ilustrasi)
Foto: republika
Surat An Nisa surat yang membahas interaksi dengan perempuan. Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu bukti bahwa agama Islam adalah agama yang memuliakan derajat perempuan adalah dengan diabadikannya nama salah satu surah dalam Alquran yang berarti perempuan. Lalu mengapa ada nama surah An Nisa  dalam Alquran?

Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Mishbah Jilid 3 menjelaskan, nama surat An Nisa telah dikenal sejak masa Nabi Muhammad SAW. 

Baca Juga

Sayyidah Aisyah istri Nabi menegaskan bahwa surat Al Baqarah dan surat An Nisa turun setelah beliau menikah dengan Nabi.

Surat ini juga dikenal dengan nama An Nisa Al Kubra atau An Nisa Ath Thula, karena surah Ath Thalaq dikenal sebagai surat An Nisa As Shughra. Dinamai An Nisa yang dari segi bahasa bermakna ‘perempuan’, sebab dia dimulai dengan uraian tentang hubungan silaturahim.

Dan sekian banyak ketetapan hukum tentang wanita, antara lain pernikahan, anak-anak wanita, dan ditutup dengan ketentuan hukum tentang mereka. 

Prof Quraish menjabarkan, jika pendapat Sayyidah Aisyah di atas yang diriwayatkan Imam Bukhari diterima, maka itu berarti surah ini turun setelah hijrah. 

Sebab Sayyidah Aisyah baru bercampur dengan Nabi SAW setelah hijrah, tepatnya delapan bulan sesudah hijrah.

Bahkan para ulama bersepakat bahwa surat An Nisa turun setelah Surah Al-Baqarah dan itu berarti diturunkan jauh sesudah hijrah. 

Mayoritas ulama berpendapat bahwa surat An Nisa turun sesudah surat Ali Imran, sedang surat Ali Imran turun di tahun ketiga hijrah setelah perang Uhud.

Ini berarti surat An Nisa turun sesudah itu. Boleh jadi, kata Prof Quraish, surat ini turun setelah Perang Al Ahzab yang terjadi pada akhir tahun keempat hijrah atau awal tahun kelima. 

Al Biqai mengemukakan, tujuan utama surat ini adalah persoalan tauhid yang diuraikan dalam surat Ali Imran, serta ketentuan yang digariskan dalam surat Al Baqarah.

Prof Quraish Shihab menambahkan, hal itu dilakukan dalam rangka melaksanakan ajaran agama yang telah terhimpun dalam surat Al Fatihah, sambil mencegah kaum Muslimin untuk tidak terjerumus dalam jurang perpecahan.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement