Rabu 14 Jul 2021 01:11 WIB

Studi Ungkap Varian Beta Bersifat Lebih Mematikan

Berdasarkan riset, varian beta dapat meningkatkan rawat inap dan kematian.

virus corona (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
virus corona (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi mengenai virus corona terus berkembang dari hari ke hari. Ilmuwan menemukan hal baru mengenai varian beta. Berdasarkan riset, varian beta dapat meningkatkan rawat inap dan kematian.

Varian beta virus corona mungkin lebih mematikan daripada versi virus aslinya. Keseimpulan ini diambil oleh para peneliti di Afrika Selatan yang mempelajari lebih dari 1,5 juta pasien Covid-19. Meskipun varian Delta sekarang menyumbang persentase terbesar dari kasus baru Covid-19 di banyak negara, beta masih beredar.

Baca Juga

Varian beta beredar dengan mutasi yang membuatnya sangat menular dan lebih sulit untuk dicegah atau diobati daripada versi aslinya. Para peneliti menemukan bahwa orang yang terinfeksi pada gelombang kedua pandemi, ketika varian beta dominan, lebih mungkin memerlukan rawat inap daripada mereka yang terinfeksi selama gelombang pertama.

Selanjutnya, pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit memiliki risiko kematian 31 persen lebih tinggi pada gelombang kedua, menurut laporan yang diterbitkan Jumat di The Lancet Global Health. Para peneliti tidak mengetahui varian yang menginfeksi setiap pasien, jadi mereka harus menggunakan periode gelombang pertama dan kedua sebagai proksi untuk tipe varian.

"Kami berharap mengulangi analisis, membandingkan gelombang ketiga di Afrika Selatan dengan dua gelombang pertama, untuk mencoba memahami apakah gelombang Delta dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih tinggi," kata salah satu penulis Dr. Waasila Jassat dari Institut Nasional untuk Penyakit Menular di Johannesburg.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement